Chapter 1

1.1K 40 2
                                    

QUARTERION, KERAJAAN VORTHERION, MASA KINI

"Maddie, apa kau yakin tidak ingin ikut denganku ke Barak?" Tanya seorang gadis berambut pirang.

"Tidak, Marcie, aku akan menyulam bersama Mom!" Jawab gadis yang dipanggil Maddie itu.

"Baiklah, kau memang kembaran yang menyedihkan, Mad, apa kau tidak ingin latihan sekali saja? Siapa tahu kita bisa mengalahkan Ratu Eleanor yang telah membunuh kakek 100 tahun yang lalu dan mengembalikan keceriaan di sini! Apa kau tidak bosan dengan suasana dingin ini?" Ucap Marceline dengan nada memohon.

"Maaf, tapi sepertinya itu bukan duniaku, Marc, terima kasih!" Teriak Maddie sambil melambaikan tangannya ke arah Marceline yang sudah melontarkan sederet makian tak berujung pada kembarannya.

"Sudah puas memaki, huh?" Tanya seseorang dari belakangnya, seorang laki-laki tampan dengan rambut pirang seperti Marceline.

"Nick, kau mengejutkanku!" Ucap Marceline kaget.

"Yah, kau beruntung itu aku. Coba kalau aku ini Jonathan, Christian, ataupun ayahmu! Pasti kau akan dihukum lagi, Marc!" Tegur Nicholas.

"Baiklah, Nick, sekarang, maukah kau menemaniku ke Barak?" Tanya Marceline penuh harap.

"Baiklah, ayo ke sana!" Ucap Nicholas sambil menarik tangan Marceline.

---

Sementara itu, di istana, Madelaine ikut menyulam bersama Lady Veronica Morgenstern, ibunya. Keheningan menyelimuti mereka berdua cukup lama, sampai akhirnya Lady Morgenstern bertanya pada Madelaine.

"Apa Marcie pergi ke Barak lagi?" Tanyanya.

"Ya, Mom," jawab Madelaine.

"Mengapa sangat susah bagi kita semua untuk meyakinkannya bahwa dengan menyulam atau bermain musik, setidaknya dia menemukan ketenangan yang luar biasa," keluh Lady Morgenstern.

"Mungkin dia ingin memilih jalannya sendiri, Mom," jawab Madelaine.

"Mungkin saja, Maddie. Kalian kembar, tapi sifat kalian bagaikan langit dan bumi," jawan Lady Veronica dengan nada lirih.

"Ah, sebaiknya aku keluar dulu, Mom, sampai jumpa saat makan malam," ucap Madelaine sambil mencium pipi ibunya. Sementara, Lady Morgenstern hanya menatap lurus ke depan, pandangannya kosong dan hampa, seakan-akan menunggu akhir dari cerita musim dingin yang bahkan ujungnya belum kelihatan.

---

Di barak, seluruh prajurit sedang menyaksikan pertarungan seru antara Marceline dengan Nicholas. Marceline menggeram kesal karena ikat rambutnya berhasil dipotong oleh Nicholas, sehingga rambutnya terurai. Dan tiupan angin musim dingin membuat rambutnya berkibar semakin kencang, menghalangi pandangannya.

"Sialan kau, Covenant!" Umpat Marceline geram.

"Itu tidak sebanding dengan apa yang sudah kau lakukan pada tubuhku," balas Nicholas sinis.

"Terserah padamu, yang penting kau akan kalah!" Seru Marceline dengan mata berkilat.

"Coba saja, Your Highness," ledek Nicholas seraya mengayunkan pedangnya menuju leher Marceline. Dengan sigap Marceline segera menghindari serangan Nicholas. Marceline memberikan sebuah senyum menawan, yang membuat Nicholas lengah. Memanfaatkan kesempatan itu, Marceline menerjang Nicholas hingga jatuh ke tanah. Marceline mengarahkan pedangnya ke tubuh Nicholas seraya tersenyum mengejek.

"Lihat siapa yang kalah sekarang, hah?" Ledeknya.

"Baiklah. Kau menang, Your Highness," jawab Nicholas kesal karena untuk kesekian kalinya dia dikalahkan oleh seorang Marceline Morgenstern.

The Darkness and The SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang