Sudah hampir seminggu Madelaine latihan bersama Marceline dalam hal berperang, tetapi sama sekali belum ada kemajuan. Mereka semua sudah menyerah, sehingga Jonathan dan Christian pun harus turun tangan.
"Mad, kau harus memegangnya seperti ini, usahakan badanmu tetap relax, tarik napas, hembuskan perlahan, lalu bidik sasarannya!" Kata Jonathan yang mencoba mengajari Madelaine cara memanah yang baik.
"Hah... baiklah," ucap Madelaine setengah hati sambil mengikuti instruksi yang diberikan Jonathan tadi. Dia menarik nafas perlahan, menghembuskannya, menutup matanya, kemudian membidik sasarannya.
Semua orang menoleh ke arahnya. Perlahan Madelaine membuka matanya, dan sebuah senyum tipis mengembang di wajahnya ketika melihat apa yang terjadi di depan matanya.
Dia berhasil memanah dengan baik.
"Whoa, Mad, kau sangat hebat!" Puji Marceline sambil memeluk saudarinya itu.
"Thanks, Marc," jawab Madelaine. Semua orang yang ada di sana pun berhamburan memeluk Madelaine, merayakan keberhasilan gadis itu dalam hal yang bahkan belum pernah dia lakukan.
"Selamat, Mad, kau berhasil memanah dengan baik! Kita harus merayakannya!" Seru Thomas yang disambut oleh anggukan yang lain.
"Kalau begitu, ayo!" Ajak Marceline sambil meninggalkan barak, diikuti yang lain.
---
"Jadi, bagaimana mengenai keberangkatan kami besok, Dad?" Tanya Marceline pada ayahnya.
"Semuanya sudah siap, sayang, hanya perlu memperkuat kembali apa yang telah kalian pelajari," jelas Lord Morgenstern.
"Baiklah, Dad," jawab Marceline.
"Hanya saran saja, Tuan Putri, menurutku pertama kau harus pergi ke tempat bangsa warlock. Kudengar di beberapa daerah terpencil di Vortherion, ada beberapa warlock yang masih bertahan hidup setelah perang dengan negeri Iceland 100 tahun yang lalu," tutur Lord Charlevine.
"Terima kasih atas sarannya, Lord Charlevine, tetapi kami bisa berusaha sendiri," jawab Madelaine tenang.
"Dad, ada yang ingin kubicarakan denganmu dan Christian. Bisakah kita berbicara di perpustakaan?" Bisik Jonathan pada ayahnya.
"Tentu, mengapa tidak?" Sahut Lord Morgenstern santai. "Maaf, semua,aku harus berbicara dengan putraku," ujar Lord Morgenstern yang disambut anggukan semua orang.
---
"Jadi, Jace, apa yang ingin kau bicarakan denganku dan Dad?" Tanya Christian tidak sabar.
"Aku hanya ingin bertanya saja. Apa ada rahasia yang tidak kami ketahui tentang musim dingin ini, Dad? Setelah Mom, si kembar dan teman-temannya keluar, aku menyelinap masuk dan menemukan sebuah jurnal. Dan tebak punya siapa?" Tanya Jonathan.
"Lord Kevin Morgenstern," sahut Christian santai.
"Bagaimana kau tahu, brother?" Tanya Jonathan setengah terkejut.
"Kau tahu, aku menyelinap masuk setelah kau pergi, dan membaca jurnalnya, itu saja. Aku tidak tahu bahwa keturunan kita bisa dinodai oleh si jahat Athreon itu," jawab Christian santai.
"Tunjukkan padaku di mana jurnalnya," ucap Lord Morgenstern. Christian mengambil sebuah jurnal yang sengaja dia letakkan di bagian paling atas rak buku itu, lalu memberikannya kepada Lord Morgenstern. Setelah membacanya, Lord Morgenstern menghela nafas panjang. Sepertinya sangat susah untuk menerima kenyataan mengejutkan setelah ini.
"Aku tidak percaya ini," gumamnya. Kedua putranya hanya bisa terdiam di tempat, memandang sang Ayah yang membuka halaman jurnal itu guna mencari tahu lebih banyak. "Apa kalian menemukan sesuatu yang lain selain ini?" Tanyanya.
"Tidak, Dad, tapi kurasa kau bisa menanyakannya pada si kembar dan teman-temannya," jawab Jonathan lalu meninggalkan perpustakaan bersama Christian.
Tanpa mereka sadari, Marceline sudah menguping setiap pembicaraan mereka sejak tadi.
---
"Apa yang kau lakukan, Marc? Kau terlihat seperti dikejar setan," kata Madelaine melihat keadaan Marceline yang berkeringat.
"Mereka mengetahuinya. Kukira hanya kita berenam dan Mom yang tahu, tapi ternyata Dad, Jace, dan Chris juga! Mereka membaca jurnalnya, Mad!" Seru Marceline kalut.
"Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa, Marc, sekarang tidurlah," ucap Madelaine sambil membimbing Marceline untuk berbaring di tempat tidur.
"Apa kau yakin, Mad?" Tanya Marceline ragu.
"Ya, aku sangat yakin." Jawab Madelaine sambil mengangguk. Kemudian, Marceline memejamkan mata, berusaha untuk melupakan apa yang dia dengar hari ini.
NEGERI ICELAND, KASTIL KERAJAAN ICELAND
Di hadapan Ratu Eleanor sekarang, berlututlah sang Jenderal perang, sedang menunggu perintah selanjutnya dari sang Ratu.
"Jenderal," desis Ratu Eleanor menatap orang kepercayaannya itu.
"Yes, Your Highness," jawabnya sambil memandang mata sang Ratu.
"Kau tahu ramalan itu? Mereka telah datang. Dan aku ingin kau melatih para prajurit pilihan kita. Kita akan memulai perang sebentar lagi. Kita akan memusnahkan mereka yang telah menghancurkan hati ibuku dan kita akan menjadi penguasa mutlak di sini!" Serunya.
"Jadi, apa rencana Anda, Your Highness?" Tanya sang Jenderal.
"Aku akan membunuh mereka dan menghancurkan ramalan itu! HAHAHAHA!!!" Serunya diiringi tawa yang kejam.
"Baiklah, Your Highness, aku akan mulai menyusun strategi." Ucap Sang Jenderal kemudian segera pergi dari hadapan Ratu Eleanor.
Kalian akan hancur, Morgenstern. Dan kalian akan membayar mahal atas darah ibuku. Pikir Ratu Eleanor kejam dan licik.
---
Hai, semua!
Gimana menurut kalian part ini? Apa makin gaje? Atau memang ceritanya gak enak?
Oh ya, check ya, di multimedia ada William Moseley as Thomas Harrison!
Enjoy it!
Please vote and comment!
Love,
Marinka
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness and The Snow
Fantasy~Book One of The Darkness and The Snow~ Ketika dunia Quarterion diselimuti oleh kegelapan dan musim dingin yang mencekam, ramalan menyebutkan bahwa dua anak kembar yang bernama Marceline Morgenstern dan Madelaine Morgenstern akan menyelamatkan dunia...