Perang pun tak dapat dielakkan lagi. Pasukan dari kedua belah pihak saling baku hantam, saling berlomba menjatuhkan lawannya. Di sisi lain pun, keempat penguasa dan Ratu Valerina pun berusaha mengalahkan kekuatan sihir Ratu Eleanor.
"Menyerahlah, kalian semua! Kau tidak akan bisa mengalahkanku!" Seru Ratu Eleanor saat melihat mereka kewalahan mengalahkannya. Banyak sekali luka gores akibat pedang di sekitar tubuh keempat penguasa dan Ratu Valerina, tetapi mereka tidak dapat menggoreskan satu lukapun pada tubuh Ratu Eleanor.
"Sudah kubilang, perlawanan kalian sia-sia saja," kata Ratu Eleanor sambil tersenyum mengejek. "Andaikata kalian mau menyerahkan apa yang menjadi hakku, tidak akan begini jadinya!"
"Sampai kapanpun, aku tidak akan menyerahkan tahta kerajaan Vortherion kepada orang sepertimu!" Teriak Lord Morgenstern sambil terus melawan Ratu Eleanor.
"Percuma, semua sia-sia saja. Kalian tidak akan bisa melawanku!" Seru Ratu Eleanor. Keempat penguasa dan Ratu Valerina sudah mulai kehabisan tenaga, mereka bahkan tidak bisa menggoreskan satu lukapun di tubuh Ratu Eleanor, sedangkan tubuh mereka sudah dipenuhi oleh luka-luka yang cukup banyak.
"Berhenti!" Seru seseorang dari belakang mereka. Otomatis, keempat penguasa, Ratu Valerina, dan Ratu Eleanor menoleh ke sumber suara.
Lord Morgenstern yang pertama kali menyadari kehadiran mereka langsung berteriak, "Marcie! Maddie! Menjauh dari arena perang!"
"Dad!" Seru mereka berdua bersamaan.
"Wah, wah, wah, akhirnya sang putri ramalan menunjukkan dirinya." Seru Ratu Eleanor sambil bertepuk tangan. Para prajurit yang sedang berperang sontak menghentikan aksi mereka, menunggu perkataan apa yang hendak keluar dari mulut Ratu Eleanor setelah melihat Marceline, Madelaine dan teman-temannya di sana.
"Hentikan peperangan ini, Ratu Eleanor. Kau bahkan tidak pantas memiliki tahta," ujar Marceline dingin.
"Tell me why I don't deserve to be a queen," tantang Ratu Eleanor, mempersilahkan mereka berbicara.
"Kau tahu sendiri, kan, kalau ibumu, Ratu Casey tidak menginginkan hal ini terjadi," jawab Marceline. "Dan parahnya, kau balas dendam pada kami, pada semua rakyat kami, demi ambisi besarmu. Kalau kau tetap seperti ini, rakyat tidak akan menerimamu." Jelas Marceline.
Ratu Eleanor terdiam. Separuh hatinya ingin mempercayai Marceline, namun separuh lagi ingin mengenyahkan Marceline dan Madelaine secepatnya.
"Kau adalah bagian dari kami, Ratu Eleanor. Selamanya, kau akan tetap menjadi Eleanor Morgenstern, bukan Eleanor Athreon. Kau mungkin memiliki negeri Iceland, namun kau juga memiliki Vortherion, melalui kami." Timpal Madelaine dengan suara lembut.
"Haruskah aku mempercayai semua perkataan kalian, huh? Setelah apa yang nenek moyangmu perbuat pada ibuku, aku tidak bisa memaafkan kalian begitu saja. Kalian munafik! Kalian sampah!" Jeritnya.
Marceline yang geram karena disebut sampah, akhirnya maju, hendak menusuk Ratu Eleanor dengan belatinya. Namun dengan sigap, Ratu Eleanor menghindar, menangkap tangan Marceline, kemudian memitingnya.
"Inikah kemampuan seorang putri ramalan? Menjijikkan," komentar Ratu Eleanor pedas. "Aku ingin tahu apakah kau bisa tahan dengan sihir."
Ratu Eleanor mengucapkan sebuah mantra, dan membuat Marceline terhempas ke belakang. Dia berusaha bangkit, dan dengan dibantu Madelaine dan teman-temannya, dia berusaha bangkit.
"Lord Morgenstern dan yang lainnya, menjauhlah, ini pertarungan kami!" Seru Nicholas, menyuruh mereka untuk mundur. Lord Morgenstern mengangguk sebentar, lalu melanjutkan pertarungan yang sempat tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness and The Snow
Fantasy~Book One of The Darkness and The Snow~ Ketika dunia Quarterion diselimuti oleh kegelapan dan musim dingin yang mencekam, ramalan menyebutkan bahwa dua anak kembar yang bernama Marceline Morgenstern dan Madelaine Morgenstern akan menyelamatkan dunia...