RECAP
"AAAAAHHH!" Jerit seseorang. Mereka menoleh ke belakang dan mendapati Claire disandera oleh sekelompok orang. Beberapa orang pun menghadang pergerakan mereka untuk menyelamatkan Claire.
"Berhenti di sana atau akan kubunuh warlock ini!" Teriaknya sambil mengancungkan pistol ke arah Marceline dan teman-temannya.
"Claire!" Teriak Madelaine.
"Siapa kalian? Dan apa mau kalian dari kami? Apa kalian juga yang menciptakan hutan ilusi ini?" Tanya Marceline tenang.
"Urusan siapa kami, itu tidak penting, Nona. Yang penting, kami harus membunuh kalian agar ramalan itu tidak terlaksana!" Ucap salah seorang dari kelompok yang menghadang mereka.
"Biar kutebak. Kalian pasukan dari negeri Iceland, bukan?" Tebak Madelaine.
"Kalau begitu, mari kita mulai pertarungannya!" Ucap Marceline, Madelaine, Nicholas, Thomas, Michael, dan Caroline serempak.
~~~~~~*~~~~~~
Pertarungan pun tak dapat dielakkan lagi. Marceline langsung menerjang para penjahat itu dengan pedangnya.
Madelaine dan yang lain juga melakukan hal yang sama dengan Marceline. Beberapa dari penjahat itu sudah tergeletak tak bernyawa lagi, dan tanpa diduga, salah satunya membawa Claire menjauh sambil tetap menodongkan pisau itu di lehernya."Guys, Claire dibawa pergi sama mereka! Ayo kejar!" Teriak Michael. Kami membiarkan penjahat-penjahat yang tersisa itu kabur dan fokus menyelamatkan Claire.
Mereka mengejar penjahat yang membawa Claire lari. Tak berapa lama, mereka berhasil menyusul penjahat itu. Kali ini mereka lebih siaga, dan penjahat itu pun menekan pisau itu lebih kuat ke leher Claire, dan menggoreskan luka tipis di leher jenjangnya.
"Lepaskan Claire!" Teriak Marceline dengan kemarahan yang tercetak jelas di matanya. Tapi, penjahat itu malah tertawa mengejek. "Apa kau ingin kami melepaskan warlock ini, Lady Marceline Morgenstern yang terhormat? Lagian, seberapa pentingnya dia bagi kalian? Bangsa iblis seperti mereka harus dimusnahkan!" Teriak penjahat itu.
"Mereka bukan bangsa iblis," sahut Madelaine tenang. "Tapi kau-lah yang iblis!" Teriaknya sambil melemparkan belati ke arah penjahat itu sehingga menusuknya tepat di jantung. Penjahat itu melepaskan pegangannya pada Claire dan membuat gadis itu menuju ke arah Marceline dan teman-temannya. Dengan sigap Caroline langsung memeluk Claire yang terlihat ketakutan.
"Semua sudah aman, Claire. Tenanglah," ucap Caroline sambil mengelus-elus rambut halus Claire perlahan. Claire yang masih terlihat ketakutan itu pun mempererat pelukannya.
"Sudah, ayo kita lanjutkan perjalanannya, apa kau masih mampu, Claire? Sebaiknya jangan terlalu memaksakan dirimu, kau tahu?" Kata Nicholas. Claire hanya mengangguk lemah.
Thanks for everything, guys, I can't be safe and follow this adventure. Thanks for being long with me, batin Claire sambil menatap mereka semua satu per satu.
~~~~~~*~~~~~~
NEGERI QUARTERION, KERAJAAN VORTHERION"Mom," panggil Jonathan lembut. Akhir-akhir ini, setelah kedua adik kembar mereka pergi bersama teman-temannya, Lady Veronica Morgenstern merasa tidak tenang dan gelisah. Ia lebih banyak merenung, wajahnya muram, dan tidak ada senyum penuh kelembutan di wajahnya.
"Sudahlah, Mom, tidak perlu mengkhawatirkan Marcie dan Maddie seperti itu. Mereka akan baik-baik saja, aku yakin itu. Lagian, ada Nick, Tom, Mike dan Carol yang bisa menjaga mereka." Kata Jonathan, mencoba menenangkan hati sang Lady.
"Tidak segampang itu, kiddo, aku merasa sesuatu yang buruk terjadi pada mereka hari ini. Apa kau tidak tahu betapa aku mengkhawatirkan mereka setiap hari?" Tanya Lady Veronica sambil menatap putra sulungnya itu tepat di manik matanya.
"Yes, I know, I always know, Mom, but can't you stop doing this, Mom? Always worry about them? Trust me, if you always worry about them, something bad will happen to them." Jawab Jonathan lirih.
Lady Veronica terdiam mendengar perkataan putranya itu. Jonathan benar. Dia tidak seharusnya bersedih seperti ini. Dia harus berharap bahwa Marceline dan Madelaine akan aman dan menyelamatkan negeri Quarterion ini.
"You're right, kiddo. Apa ayahmu memanggilku?" Tanya Lady Veronica lagi.
"Ya, dia meminta kita semua berkumpul di ruang rapat kerajaan. Katanya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan." Sahut Jonathan.
"Baiklah, ayo kita ke sana," ucap Lady Veronica sambil melangkah keluar kamar.
~~~~~~*~~~~~~
HUTAN DEKAT PERBATASAN FONTARION
"Mereka gagal, ya? Sayang sekali, padahal aku hanya ingin mereka menghabisi warlock menjijikkan itu." Kata seseorang berjubah hitam dengan sinis.
"Maafkan kami, My Lady, tapi mereka sangat kuat. Ditambah putri dari kerajaan Vortherion membantunya." Ucap penjahat yang melarikan diri itu sambil menunduk, tak berani menampakkan wajahnya pada orang berjubah hitam itu.
"Kuat kau bilang? Huh, mereka cuma anak ingusan yang tidak ada apa-apanya dibandingkan diriku," jawab orang itu dengan nada meremehkan. "Sylvester, bawa mereka!" Perintahnya pada seseorang yang bernama Sylvester itu. Dia segera menyeret para penjahat itu menjauh dari orang berjubah hitam.
"My Lady, ampuni kami! Kami janji akan melakukan yang terbaik untukmu!" Seru mereka bersamaan. Tapi yang diminta ampun hanya tersenyum sinis.
"Tunggu pembalasanku, Morgenstern. Aku akan membuktikan bahwa kalian tidak pantas untuk tahta itu." Desisnya.
------------------------------
Hai, semuanya! Sorry kalo author ini sering ngaret update nya, soalnya author kehabisan kuota dan kena writers block!
Gimana ya, ceritanya sampai sejauh ini? Sorry kalo gak seperti yang kalian bayangkan, dan mungkin part ini agak sedikit lari dari yang udah direncanakan...
And, please vote, comment, share this story through social media, and nominated this story in The Wattys account with hashtag #Wattys2015, and help this win Wattys 2015! Thank you!
---Marinka---
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness and The Snow
Fantasy~Book One of The Darkness and The Snow~ Ketika dunia Quarterion diselimuti oleh kegelapan dan musim dingin yang mencekam, ramalan menyebutkan bahwa dua anak kembar yang bernama Marceline Morgenstern dan Madelaine Morgenstern akan menyelamatkan dunia...