Chapter 6

365 32 0
                                    

Setelah beberapa jam mengitari hutan kegelapan, mereka pun kelelahan. Mereka bermalam di dekat pohon rindang di sekitar perbatasan.

"Oh, iya, giliran siapa yang jaga?" Tanya Thomas.

"Biar aku dan Claire saja," jawab Michael.

"Yakin, kak? Nanti kalo ada sesuatu, biar Marceline yang berjaga, berdua dengan Nick," protes Caroline.

"Tidak bisa, Claire itu seorang warlock, kita butuh dia untuk mengamankan sekeliling kita," jawab Michael. Caroline pun mau tak mau hanya bisa mengiyakan.

"Baik, jadi apa sekarang?" Tanya Madelaine.

"Kau tahu, sebaiknya kalian menyerah untuk mengalahkan Ratu Eleanor. Tidak ada gunanya, kalian tahu sendiri," sindir Claire.

"Tapi, setidaknya kami perlu mencoba, bukan?" Protes Marceline yang langsung disetujui oleh para sahabatnya.

"Apa yang dikatakan Marcie benar." Timpal Nicholas.

"Apa kalian yakin? Leluhur kalian-lah yang menyebabkannya," ucap Claire lagi yang kini lebih ditujukan pada si kembar.

"Kalau memang iya, bagaimana? Mungkin dengan ini kami bisa menebus kesalahan kami," kata Madelaine membela diri.

"Ada fakta yang tidak kalian ketahui tentang semua ini," kata Claire.

"Apa itu?" Tanya mereka bersamaan.

"Leluhurku, bangsa warlock yang dulu tinggal di Quarterion, adalah sahabat manusia. Kami hidup berdampingan di masa itu. Damai, itulah yang kami rasakan. Namun, sejak Lord Kevin ketahuan menikahi Ratu Casey dari negeri Iceland, keadaan menjadi tidak stabil. Sihir jadi dibenci di seluruh Quarterion. Kami, para warlock dan juga Fallen Angels, elf, vampire, werewolves, dan makhluk supranatural lainnya, dibasmi. Mereka menganggap bahwa Ratu Casey yang notabene adalah penyihir, memasang guna-guna pada Lord Kevin agar menikahinya, dan kami semua dituduh bersumpah setia padanya. Malangnya, saat Lord Kevin menikah dengan Lady Rosaline, dengan harapan bahwa Ratu Casey dan putrinya, Eleanor, tetap hidup dan selamat. Dia salah. Mereka malah dibunuh, dan menyisakan Ratu Eleanor sendirian. Bangsa kami dianggap punah, dan ya, sekarang orang menganggap kami mitos. Itu mengenai kami. Sisanya, kalian cari tahu sendiri," kata Claire.

"Oh iya, tepatnya di mana negeri para warlock, Claire?" Tanya Nicholas.

"Ada sebuah kerajaan. Semua makhluk supranatural tinggal di sana. Namun, untuk mencapai tempat itu, kita butuh portal sihir." Jelas Claire.

"Di mana itu?" Tanya Michael.

"Di Golden World." Jawab Claire.

 ---

Marceline terbangun saat tengah malam. Dia mendengar suara memanggilnya, seakan-akan hendak menunjukkan sesuatu padanya.

Marceline... Marceline...

"Siapa di sana?" Bisiknya. Tapi yang terdengar hanyalah suara angin malam. Dia mencoba untuk tidur kembali ketika suara itu kembali memanggilnya.

Marceline... Marceline...

Karena merasa risih, Marceline pun mencoba untuk mengabaikan suara itu. Tapi semakin dia mencoba untuk mengabaikan, semakin keras pula suara itu terdengar. Tanpa berniat untuk membangunkan Madelaine, Marceline pun diam-diam beranjak meninggalkan kemah. Dia mengendap-endap untuk memastikan dia aman dari penjagaan Michael dan Claire. Setelah yakin mereka sudah tidur, dia pun pergi ke arah suara itu memanggilnya. Sosok yang memanggilnya itupun menampakkan diri. Roh-nya melayang di udara, dan dia mengenakan gaun sutra dari zaman dulu. Sebuah mahkota bertengger di atas kepalanya, menambah kesan anggun dari roh tersebut.

"Siapa kamu? Apa maumu? Dan kenapa hanya aku yang kamu panggil?"

Aku Casey Athreon, Marceline. Aku di sini untuk memberitahumu sesuatu.

"Apa?" Tanyanya.

Sebelum kalian ke Golden World, kalian harus menemukan jurnal yang aku tulis di sana. Apa yang tertulis di jurnal Kevin hanyalah sebagian saja. Jurnalku berada di negeri Fontarion. Aku sempat melarikan diri di sana, tapi aku terbunuh. Jurnalku hilang dan disimpan di istana Fontarion.

"Bagaimana aku bisa mengambilnya? Lord Charlevine dan pewarisnya ada di sana, belum tentu aku diperbolehkan masuk," ucap Marceline bingung.

Aku akan membantumu. Temukan jurnalku, lalu kalian bisa pergi ke Golden World.

"Baiklah, Ratu Casey," jawab Marceline tulus.

Satu lagi. Hentikan putriku. Dia hanya salah paham. Bisakah, Marceline Morgenstern?

"Tentu saja." Ucap Marceline mantap.

---

"Semuanya, bangun!" Teriak Caroline panik.

"Ada apa, Carol?" Tanya Michael. "Marcie hilang, Mike. Aku tidak tahu dia kemana," jawab Caroline.

"Bagaimana bisa?" Tanya Nicholas sambil mengacak-acak rambutnya.

"Entahlah, aku pun tidak tahu. Ayo kita cari dia. Maddie, Claire, kalian jaga kemah. Yang lain, ikut aku!" Seru Thomas. Mereka pun semua mencari Marceline, kecuali Madelaine dan Claire.

"Kemana sih, dia? Selalu saja menyusahkan," keluh Madelaine.

"Mungkin dia tidak jauh dari sini," sahut Claire.

"Kuharap begitu," jawab Madelaine lirih.

Tak lama kemudian, Marceline datang dari arah selatan sambil berlari dengan nafas terengah-engah. Madelaine yang melihat itupun langsung berteriak ke arah Marceline.

"Kau! Bagaimana bisa kau menghilang? Semua orang mencarimu, tahu! Kau membuat kami semua khawatir," semburnya.

"Iya, maaf, maaf, tadi aku telah bertemu Nicholas dan Thomas, mereka akan kembali sebentar lagi. Sesudah itu, aku akan menceritakan semuanya," jelas Marceline.

Terlihat dari arah hutan, Nicholas, Thomas, Michael dan Caroline datang. Michael langsung menyambar lengan Marceline.

"Kau membuat kami khawatir, Marc! Kau pikir ini lucu?" Serunya marah.

"Maaf, aku akan menceritakan semua pada kalian," ucap Marceline penuh sesal.

"Ya, sebaiknya begitu," sahut Thomas.

"Jadi, apa yang ingin kau ceritakan?" Tanya Nicholas.

---

Hai, semua, sorry karena lama update!

Belakangan ini author disibukkan dengan tugas, banyak banget, anak kelas 3 SMP libur UAS, jadi, gurunya bikin ilfil nih... Terus lagi kuota author habis buat BBM-an, lalu sambung update cerita Reincarnation biar kelar, sama A Story in Paris...

Makasih banget buat kalian yang udah setia baca cerita ini sampai chapter ini... Please dong... kasih vote and comment kalian... Aku butuh banget buat masukan dan motivasi biar lebih baik lagi!

Pengisi konten multimedia kali ini adalah Georgie Henley as Caroline Fray...

Please vote and comment!

Love,
Marinka

The Darkness and The SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang