Chapter 10

296 23 0
                                    

Marceline's POV

Di tengah-tengah padang yang indah, aku berdiri, menatap bingung ke arah cahaya yang sedari tadi menuntunnya seperti hendak menunjukkan sesuatu. Cahaya itu melayang-layang mengelilingi diriku, dan aku menutup mataku merasakan indahnya cahaya itu. Dan ketika aku membuka mataku, aku mendapati diriku tidak lagi berada di padang itu, melainkan di tempat yang aku bahkan tidak tahu apa.

"Ini dimana?" Tanyaku kebingungan. Tidak ada satupun orang di sana, yang berarti tidak ada yang menjawab pertanyaanku. Aku berteriak, "Hei, apa ada orang di sini?"

Tiba-tiba sesuatu yang membentuk pusaran cahaya berputar di depanku. Cahaya itu sangat menyilaukan, dan tiba-tiba pusaran angin itu berubah menjadi sosok wanita cantik. Dia tersenyum manis ke arahku.

"Halo, Princess Marceline Morgenstern." Sapanya. "Si-siapa kamu? Bagaimana kau bisa tahu namaku? Dan aku ini berada di mana?" Tanyaku bertubi-tubi.

"Untuk semua pertanyaanmu, Princess, namaku Valerina Rutheford, dan aku adalah Ratu dari pada Fallen Angels, sekaligus penguasa Golden World. Dan, sekarang, kau ada di padang dekat perbatasan Golden World." Jawabnya.

"Jadi, maksudmu, aku ini berada di Golden World?" Tanyaku. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum manis padaku. "Ayo, akan aku tunjukkan semua yang ada di Golden World." Katanya sambil menggandeng tanganku.

Kami berjalan mengelilingi Golden World dan sampai di suatu tempat. Tempat itu sangatlah dingin, dinginnya menusuk hingga ke tulang-tulangku. Aku memeluk tubuhku sendiri, berusaha mengurangi rasa dingin yang menyergap tubuhku. Anehnya, walaupun dingin, tidak ada salju yang turun di sini.

"Ini negeri para vampir, Marceline, wilayah mereka memang sangat dingin. Tak heran bila kulit mereka sangat pucat. Aku menerka, mungkin kau sedang memikirkan mengapa tidak ada salju yang turun di tempat ini?" Kata Valerina padaku.

"Bagaimana bisa kau membaca pikiranku?" Tanyaku heran. "Kami, para Fallen Angels, mempunyai banyak kemampuan di samping sihir yang memang merupakan andalan kami, dan untuk menjawab pertanyaanmu, Eleanor telah mengutuk negeri ini," jelas Valerina.

"Begitukah? Sekarang jelaskan kenapa kau memanggilku ke sini?" Tanyaku.

"Begini, negeri Golden World sedang dalam kesulitan, Ratu Eleanor mulai melancarkan serangannya. Kami tidak bisa bertahan lama di sini, hanya kau dan kembaranmu Madelaine yang bisa menolong kami." Jelas Valerina dengan tatapan memohon. Aku menjadi kasihan melihatnya, Ratu Eleanor benar-benar keterlaluan.

"Bagaimana caraku menolong kalian?" Tanyaku. Dia tersenyum, dan mengajakku mengelilingi negeri vampir. Setelah itu, dia mengajakku mengelilingi negeri para werewolf, warlock, fairy, goblin, Shadow Hunter, dan yang terakhir adalah Fallen Angels.

Dan, kondisinya sangat mengerikan. Aku melihat hasil buatan tangan Eleanor di negeri Golden World ini. Setelah dunia manusia, dunia supranatural?

"Jadi, Marceline, kau tahu apa yang harus kau lakukan mengenai Golden World? Kuharap kau segera datang." Ucap Valerina lembut.

"Tapi, bagaimana caranya?" Tanyaku.

"Pikirkan, Marceline. Pikirkan," ucap Valerina sebelum akhirnya menghilang dari hadapanku.

              ~~~~~~*~~~~~~

"AAAHHH!!!" Jerit Marceline. Badannya penuh keringat, nafasnya terengah-engah. Madelaine, Caroline, dan Claire pun terbangun mendengar jeritanku.

"Apa yang terjadi?" Tanya Madelaine. "Va-Valerina Rutheford..." gumam Marceline.

"Valerina Rutheford?" Tanya Caroline bingung.

"Dia adalah Ratu dari para Fallen Angels, dan sekaligus penguasa Golden World. Apa dia memanggilmu lewat mimpi?" Tanya Claire memastikan.

"Ya, dia memanggilku dari mimpi. Dia menunjukkanku semua isi Golden World, dan... itu benar-benar mengerikan. Kita harus membantu mereka secepatnya," jawab Marceline.

"Bangunkan yang lain. Kita akan melanjutkan perjalanan. Mereka butuh pertolongan, dan kita harus ke kerajaan Fontarion dulu. Bukankah kita harus menyelidiki pembunuhan Ratu Casey dan apa yang terjadi di balik perang 100 tahun yang lalu?" Kata Madelaine sambil menatap mereka.

"Baiklah." Sahut Caroline lalu keluar untuk membangunkan para lelaki.

               ~~~~~~*~~~~~~

NEGERI ICELAND, KASTIL KERAJAAN

"Your Majesty," sembah sang Jenderal pada Ratu Eleanor. "Ada perkembangan mengenai pelatihan rakyat kita untuk perang besar kali ini?" Tanya Ratu Eleanor.

"Sejauh ini belum, Your Majesty, tapi aku yakin bahwa kita akan memenangkan perang ini seperti dulu," jawab sang Jenderal, kepalanya tetap menunduk.

"Baiklah, kalau begitu. Kau boleh pergi." Kata Ratu Eleanor. Jenderal itupun pergi meninggalkan Ratu Eleanor sendirian di ruang tahta.

Ratu Eleanor berjalan mendekati dinding dan menggumamkan sebuah mantra. Tak lama kemudian, dinding itu terbuka, dan berubah menjadi lorong yang sangat panjang. Dia melangkah masuk ke lorong itu, dan secara otomatis, dinding itu kembali menutup. Dia menuju ke sebuah ruangan yang mewah, dan dia menuju ke sebuah tubuh kaku yang terbaring di sana.

Ratu Casey Athreon.

"Mom, apa kabarmu? Kuharap semuanya baik-baik saja. Kau tahu, Mom, kerajaan kita sedang menyiapkan perang untuk membunuh mereka semua. Dan tak lama lagi, mereka akan musnah, dan kita bisa bersama lagi, dengan jantung dari Marceline dan Madelaine Morgenstern." Ratu Eleanor berbicara kepada ibunya yang pucat.

"Kau tahu, Mom," lanjutnya dengan suara bergetar. "Aku tak sudi menyandang nama bajingan itu. Aku tak mau menganggapnya ayahku. Dia menyengsarakan kita, untuk menikahi bajingan Falls itu. Dia lebih memilih mereka daripada kita. Apakah dia menyayangi kita, Mom? Dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak tahu setelah dia menikahi Rosaline Falls bitch itu, mereka membunuhmu. Mereka ingin menguasai dunia, Mom. Apa aku salah memulai perang untuk mengeksekusi mereka?"

Ratu Eleanor menangis sambil memegang tangan ibunya erat. Kalau saja ada orang yang melihatnya, betapa mereka akan merasakan kesedihan, kemarahan, perasaan dikhianati, kepedihan, terluka, dan kesendirian yang dialami wanita itu. Oh, betapa dia merindukan sosok Ratu Casey, ibunya.

"Aku berjanji, aku akan melenyapkan mereka dari muka bumi ini," kata Ratu Eleanor sambil berjalan meninggalkan ruangan di mana mayat Ratu Casey disimpan.

Tanpa dia sadari, roh Ratu Casey menatapnya iba, dia seolah-olah ikut merasakan kesedihan putrinya, dan sebelum Eleanor melihatnya, dia sudah menjauh meninggalkan tempat di mana jasadnya dibaringkan.

------------------------------

Hi guys, please vote, comment, share this story through social media, and nominated this story in The Wattys account with hashtag #Wattys2015, and help this win Wattys 2015! Thank you!

---Marinka---

The Darkness and The SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang