NEGERI QUARTERION, KERAJAAN VORTHERION
Pemakaman para prajurit yang gugur di medan perang hari ini berlangsung di pemakaman pejuang pasukan gabungan. Terlihat para penguasa, penduduk keempat kerajaan, dan bahkan rakyat dari negeri Iceland dan negeri Golden World menghadiri pemakaman itu. Terlihat juga Marceline, Madelaine, dan teman-temannya menghadiri pemakaman Nicholas.
Sepanjang acara, Marceline tampak murung. Semua orang berusaha menghiburnya, namun tampaknya hal itu sia-sia saja.
Di atas batu nisan itu, tertulis kata-kata pujian yang biasa ditujukan rakyat kepada para prajurit yang gugur. Dan kini, Marceline sedang mengusap batu nisan milik Nicholas, tangannya yang gemulai menelusuri setiap kata yang tertulis di sana.
"Apa kau masih ingin disini, Marc?" Tanya Madelaine lembut sambil mengusap punggung Marceline.
"Ya, aku masih ingin disini. Kalian duluan saja." Ucap Marceline datar. Madelaine dan yang lain pun menatap Marceline dengan pandangan sendu, lalu pergi meninggalkannya.
"Kau tahu, Nick?" Kata Marceline sambil menatap batu nisan itu. "Aku akan selalu disini, mencintaimu dengan segenap jiwa, segenap hati. Dan, kalaupun aku memiliki yang lain, pasti akan selalu ada ruang yang tersisa di hatiku, untukmu."
Setelahnya, Marceline meletakkan sepucuk surat di sana, surat yang dia tulis jauh hari, sebelum ini semua terjadi.
~~~~~~*~~~~~~
Keadaan kerajaan kini kembali normal. Sedikit demi sedikit, rakyat negeri Quarterion dapat memulihkan luka yang membekas di hati mereka. Dan juga, mereka sudah mulai membuka diri terhadap orang asing.
"Aku senang negeri kita telah kembali seperti semula," ucap Lady Morgenstern gembira. Semua orang yang berada di ruangan itu terlihat gembira, kecuali Marceline yang masih memasang wajah datarnya.
"Kau benar. Tidak ada lagi salju dan kegelapan, dan kini matahari kembali menyinari negeri kita." Timpal Lord Morgenstern.
"Itu semua berkat permata Ratu Eleanor. Benar kan, Marc?" Kata Madelaine senang sambil melirik Marceline. Yang dilirik hanya mengangguk pelan.
"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan Lord Covenant dan istrinya?" Tanya Thomas.
"Mereka masih dalam masa berkabung." Jawab Lord Morgenstern.
"Sedikit sepi ya, di sini, tanpa Gretel dan Claire. Mereka udah balik duluan ke negeri Golden World." Celetuk Michael tanpa sadar.
"Kau ini! Bilang saja kalo kau masih mengharapkan Claire, kan?" Goda Thomas sambil mengerlingkan matanya. Mereka semua tertawa terbahak-bahak, kecuali Marceline yang tetap dengan tampang datarnya dan Michael yang memberengut sebal.
~~~~~~*~~~~~~
Tidak tahan dengan suasana di aula istana, Marceline masuk ke kamarnya dan segera mengunci pintu. Dia mencoba memejamkan mata, berusaha meredam semua suara yang bermunculan di pikirannya. Dia mungkin bersedih, namun, mana mungkin dia tahan mendengar semua yang mereka ucapkan tadi, bukan?
"Marc," panggil Madelaine sambil mengetuk pintu. Marceline tetap tidak bergeming dari tempatnya.
"Apa kau kesal? Kalau kau kesal, buka pintunya dan ceritakan padaku." Kata Madelaine sambil terus mengetuk pintu.
"Pergilah, aku ingin sendiri," ucap Marceline mengusir Madelaine. "Apa kau tidak paham kalau aku butuh waktu untuk sendiri?" Kata Marceline ketus.
Madelaine tersenyum samar dibalik pintu, lalu berkata, "Baiklah kalau begitu. Aku permisi dulu." Kata Madelaine sambil pergi meninggalkan kamar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness and The Snow
Fantasy~Book One of The Darkness and The Snow~ Ketika dunia Quarterion diselimuti oleh kegelapan dan musim dingin yang mencekam, ramalan menyebutkan bahwa dua anak kembar yang bernama Marceline Morgenstern dan Madelaine Morgenstern akan menyelamatkan dunia...