Chapter 19

196 15 0
                                    

RECAP

"Mom, kami pulang," kata Gretel sambil membuka pintu rumah. Kosong. Tidak ada siapa-siapa di sana.

"Bibi Ivana kemana, ya? Setahuku tadi dia ada di sini," gumam Claire.

"Kalian tunggu di sini saja. Aku akan menanyakan keberadaan Mom pada tetangga," kata Gretel. Marceline, Madelaine, Claire dan Michael duduk di kursi di ruang tamu.

Gretel berlari-lari menuju rumah Mrs. Flynn, salah satu teman ibunya. Sesampainya di sana, dia langsung mengetuk pintu rumah Mrs. Flynn.

"Mrs. Flynn! Mrs. Flynn!" Gretel menggedor-gedor pintu rumah Mrs. Flynn. Pintu terbuka dan menampilkan sosok Mrs. Flynn di sana.

"Ya, ada apa, Gretel?" Tanya Mrs. Flynn ramah.

"Aku sedang mencari Mom. Dimana dia? Apa kau mengetahuinya?" Tanya Gretel panik.

"Tidak, sayang, aku tidak mengetahuinya. Maafkan aku. Apa dia hilang?" Nada suara Mrs. Flynn terdengar cemas.

"Apa jangan-jangan, dia hilang? Tapi... bagaimana bisa?" Gumam Gretel, matanya berkaca-kaca.

"Ayo, kita ke rumahmu." Putus Mrs. Flynn.

Mereka berdua pun akhirnya sampai di rumah Gretel. Di sana, mereka melihat Claire yang tampaknya sedang membaca sebuah buku sihir.

"Apa yang kau lakukan, Claire?" Tanya Gretel panik.

"Aku mencoba membangunkan Caroline, Nicholas dan Thomas secepat yang kubisa. Setelah itu, aku akan melacak di mana ibumu berada." Jelas Claire.

Tak lama kemudian, datanglah Marceline dan Madelaine dari arah kamar tempat ketiga teman mereka berbaring.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Claire.

"Nicholas dan Thomas berhasil bangun. Tetapi, Caroline tidak. Sepertinya kau harus mengecek itu sendiri," kata Madelaine.

Claire pun berlari ke kamar itu, diikuti si kembar dan Gretel di belakangnya. Claire pun segera mengecek kondisi Caroline. Setelah itu, Claire menatap mereka semua dengan wajah seputih salju.

"Rohnya menolak bangun. Dia... telah pergi."

                    ~~~~~~*~~~~~~

"A-apa maksudmu, Claire? Carol? Pergi!?" Pekik Marceline tertahan, air matanya terkumpul di sudut matanya. Semua yang ada di sana pun kaget, termasuk Nicholas dan Thomas yang baru saja siuman.

"Ya. Mungkin saja, dia mendengar kata-katamu, Michael," kata Claire sambil melirik Michael sinis.

"Apa?" Tanyanya bingung ketika semua orang menatapnya sinis. Bahkan Nicholas dan Thomas pun langsung ikutan menatap Michael.

"Memangnya apa yang dia katakan?" Tanya Nicholas.

"Dia bilang, dia benci Carol," jawab Madelaine.

"Teganya kau!" Bentak Thomas marah. "Apa yang kau pikirkan hingga bisa mengatakan hal bodoh seperti itu!?"

"Kalau aku memang membencinya, ya, seperti itu! Dia kan, bukan adik kandungku, dia juga bukan anggota keluarga Fray, dia hanya sampah yang secara kebetulan dipungut oleh Dad!" Balas Michael menantang.

PLAKK!!!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Michael. Marceline yang sudah terbawa emosi menatap Michael dengan kemarahan yang membara.

"Beraninya kau, di tengah misi seperti ini, mengatakan hal seperti itu! Kami kira, kau sahabat yang baik, Michael Fray, namun kenyataannya tidak. Sesudah misi ini selesai, aku akan menulis surat kepada Bangsawan Fray agar kau mendapat apa yang sepantasnya kau dapat." Kata Marceline dingin.

The Darkness and The SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang