Chapter 26

269 14 0
                                    

NEGERI QUARTERION, KERAJAAN FONTARION

"Ah, akhirnya," Marceline bangun dan mendapati Madelaine masih tertidur di sampingnya. Dia mengucek-ngucek matanya, lalu melihat ke arah jam.

"Ya ampun! Maddie, bangun! Kita telat ke Aula untuk sarapan!" Seru Marceline sambil mengguncangkan tubuh Madelaine.

"Demi apa? Ayo, siap-siap!" Ujar Madelaine panik sambil melompat dari tempat tidur.

Mereka berlari menuju ke Aula dan mendapati Nicholas, Thomas, Christian, dan Michael juga berlari menuju ke sana.

"Aku tidak menyangka karena kemarin itu menguras habis tenagaku!" Seru Thomas.

Dengan nafas terengah-engah, akhirnya mereka pun masuk ke Aula. Di sana, keluarga Charlevine, Claire dan Gretel telah menunggu di sana.

"Maaf, kami terlambat," ucap Christian. Lady Charlevine mengangguk pelan lalu mempersilahkan mereka duduk.

"Tumben kalian lama bangun," decak Peter.

"Yah, begitulah." Jawab Nicholas asal.

"Oh iya, kalian semalam berlatih apa sampai kelelahan begini?" Tanya Johanna.

"Hanya latihan biasa untuk persiapan perang," sahut Marceline.

"Oh, ya? Bagian mana yang tidak kalian pahami? Aku bersedia memanggilkan Jenderal Tertinggi untuk mengajari kalian. Selain itu, keluarga kerajaan akan diperiksa rutin kesehatannya. Aku akan memperkenalkan kalian pada tabib kerajaan ini." Sambung Johanna.

Mendengar kata tabib kerajaan, tubuh mereka semua menegang, namun Johanna tidak menyadarinya.

"Oh, kalau begitu, baiklah," jawab Gretel ragu.

Mereka melewati sarapan pagi itu dengan suasana hangat, belum lagi candaan yang dilontarkan Peter membuat suasana semakin hidup. Setelah selesai makan, mereka semua pamit dan keluar dari Aula, menuju barak untuk latihan. Dan kini, keluarga Charlevine sedang membicarakan mereka.

"Aku rasa ada yang aneh dari mereka, Mom," kata Johanna, "mereka begitu misterius, bahkan untuk ukuran bangsawan sekalipun.

"Ya. Dan dua anak perempuan yang duluan sampai tadi, siapa namanya, ah, ya, Gretel dan Claire, mereka yang paling mencurigakan," sahut Lady Charlevine.

"Benar. Mereka tidak tampak seperti bangsawan. Dan, hei, Peter, kau daritadi diam saja, ada apa?" Tanya Johanna cemas.

"Eh? Ah, aku memperhatikan kalian kok. Masalahnya, walaupun mereka bukan bangsawan, namun mereka kan, telah membantu sangat banyak!" Bela Peter.

"Membantu bagaimana maksudmu?" Tanya Lady Charlevine.

"Ah, ya, Claire itu seorang petualang, dia membantu mereka semua memandu jalan. Gretel, dia ahli pengobatan, dia dan ibunya membantu mereka mengobati luka-luka sewaktu melakukan perjalanan ke sini." Jelas Peter.

"Begitu, ya? Baiklah kalau begitu. Kita harus bersiap. Sebentar lagi tabib istana akan datang." Ucap Johanna sambil bangkit dari kursi.

~~~~~~*~~~~~~

Tak lama kemudian, setelah Marceline dan teman-temannya selesai latihan dari barak, mereka dipanggil oleh prajurit untuk diperiksakan kesehatannya oleh tabib.

"Aku takut," ujar Claire.

"Kenapa?" Tanya Michael.

"Kau tahu, kita... mendapatkan jurnal milik Ratu Casey dari rumahnya. Siapa tahu, dia mengenali kita sebagai teman-teman dari anak ramalan." Jelas Claire.

"Yah, bisa saja." Gumam Thomas.

Tak lama kemudian, mereka sampai di ruangan kesehatan. Prajurit membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk.

"Akhirnya kalian datang," seru Peter. "Kami sudah menunggu kalian daritadi."

"Yah, latihan di barak sangat melelahkan," jawab Christian lelah.

"Ini tabib kerajaan, Paul Hart dan putrinya, Karen Hart." Lady Charlevine memperkenalkan tabib kerajaan itu.

"Salam kenal, Your Highness. Aku Paul, dan ini putriku, Karen." Tabib itu memperkenalkan diri.

"Senang bertemu kalian, Mr. Hart, dan juga Karen." Jawab Marceline dengan senyum dipaksakan, karena telah mengetahui identitas mereka sebagai mata-mata.

Kemudian, si tabib mulai memeriksa kesehatan Marceline. Mereka semua memasang muka cemas, takut si tabib menyuntikkan sesuatu untuk melukai Marceline. Terutama Gretel, dia memperhatikan setiap ramuan yang dibuat oleh putri tabib itu, Karen.

Setelah beberapa lama, hal itu berlanjut ke giliran Gretel. Dia duduk di sana, menunggu tubuhnya diperiksa si tabib. Paul, dia mengeryit aneh ketika merasakan energi khas milik Claire, energi kaum warlock.

"Aku menemukan energi yang tidak biasa dari tubuhmu, Ms. Wormwood, energi apakah itu?" Tanya Paul pura-pura tidak tahu.

"Entahlah. Mungkin karena aku suka mempelajari sesuatu maka energiku seperti ini," jawab Claire bohong.

"Benarkah? Wah, itu sangat hebat!" Puji Paul.

"Terima kasih." Jawab Claire dengan senyum yang dipaksakan.

Setelah selesai, Paul dan Karen pun mohon izin meninggalkan ruangan itu. Marceline dan teman-temannya pun meninggalkan ruangan itu dan mulai berdiskusi di perpustakaan kerajaan Fontarion.

"Sepertinya dia sudah tahu kalau aku ini seorang warlock," kata Claire.

"Ya, aku curiga mungkin dia mengetahui... latihan rahasia kita." Bisik Madelaine.

"Aku juga sempat meneliti ramuan obat yang dibuat Karen. Mungkin saja, dia hendak memasukkan sesuatu ke sana. Tapi, karena aku terus memperhatikannya, maka dia tidak bisa melakukan hal-hal yang membahayakan kita." Gretel membeberkan apa yang dia lihat tadi.

"Kalau begitu, kita harus mulai hati-hati. Jangan sampai ketahuan kalau kita belajar sihir." Kata Marceline.

"Baiklah." Jawab mereka serempak.

~~~~~~*~~~~~~

"My Lady." Sapa Paul hormat saat dia sampai ke tempat si Jubah Hitam bersama putrinya, Karen.

"Bagaimana?" Tanya si Jubah Hitam.

"Ternyata benar. Anak yang bernama Gretel memiliki darah healer di dalam tubuhnya, dan Claire memiliki darah warlock," jelas Paul.

"Benarkah? Hmm... menarik sekali. Apa rencana kalian untuk menjerat mereka?"

"Aku tidak tahu, My Lady. Mungkin kami akan memata-matai mereka." Jawab Karen.

"Ide yang bagus, Karen! Jadi, setiap malam, pantau kegiatan mereka, laporkan apa saja yang kau lihat dari mereka, dan jika saatnya tiba, cobalah untuk menjebak mereka." Perintah si Jubah Hitam.

"Tapi, My Lady, kita punya satu penghalang." Kata Paul.

"Apa itu, Paul?" Tanya si Jubah Hitam.

"Prince Peter, My Lady. Dia adalah sahabat dari para putri ramalan, tentu dia akan mencari cara untuk menyelamatkan mereka, bukan?"

"Hmm... kau benar. Kalau begitu, jangan buat Prince Peter bisa melakukan pembelaan. Buat agar dia juga dihukum." Kata si Jubah Hitam.

"Baik, My Lady."

"Kalian boleh pergi. Ingat, jangan sampai gagal. Jika kalian gagal, maka kalian tahu konsekuensinya."

"Of course, My Lady."

------------------------------

Hai guys, as usual, please vote, comment, and share this story through the social media, and help this win Wattys 2015! Thank you!

Dedicated to @retardataire karena berjasa buat cover yang bagus banget untuk cerita ini! Thank you!!!

The Darkness and The SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang