"Udah isi berapa bulan Ha?"
Niha, perempuan 27 tahun yang dinikahi Zani 2 tahun silam. Memiliki tubuh proporsional dengan rambut hitam legam sebatas bahu, bibir sedikit tebal dan jangan lupakan gingsul yang semakin mempermanis wajah bulatnya. Sifat perempuan itu sangat bertolak belakang dengan Zani, Niha lebih tomboy dan pembawaannya santai, tidak seperti Zani yang terkesan pemarah dan selalu ngegas.
"Heh? Kamu lagi ngisi Ha?" tanya Sheila, bola matanya membelalak terkejut.
Sheila, perempuan asli jawa yang memiliki tutur kata halus. Wajah oval dengan tubuh pendek sedikit berisi, kulit eksotis dengan rambut hitam panjang yang dicepol asal. Perempuan bernetra hazel itu terkenal baik dan murah senyum, persis seperti Ajun. Tunangannya.
Niha mengangguk "Kata dokter sih baru 5 minggu."
Renata meletakan beberapa macam sayuran diatas meja makan, siap bergabung dengan Niha dan Sheila.
"Terus gimana rasanya? Lo ngalamin morning sickness nggak?" tanya Renata disela-sela kegiatan memotong wortel.
"Alhamdulillah sih nggak, lagian repot juga kalau tiap pagi bolak balik kamar mandi. Ditambah lagi punya suami sibuk ngurus resto," gerutu Niha, memancing tawa Renata dan Sheila.
"Tapi suami lo kerja juga buat lo Ha, sama anak yang ada dalam perut lo." tutur Renata, Sheila mengangguk setuju.
"Namanya juga cowok Ha, nggak mungkin kita ngelarang mereka supaya tetep stay dirumah."
"Tuh, dengerin apa kata Sheila."
Niha mendengus kesal "Ya kerja sih kerja, tapi harus inget waktu juga dong!"
"Oh iya, kapan lo sama Ajun nyusul gue sama Zani, La?"
Sheila yang sebelumnya sedang memotong bawang langsung mengangkat wajah, senyumnya kembali terpatri. Manis sekali.
"Secepatnya, kalian doain aja."
"Aamiin." ucap Renata dan Niha bersamaan.
Candaan ringan mengalir diantara ketiganya, bahkan disela-sela kegiatan memasaknya, mereka masih sempat melempar jokes yang cukup mengocok perut.
"Eh gue nitip ini bentar, gue mau liat Devan ke depan."
Setelah mendapat persetujuan, Renata segera melangkahkan kakinya keluar rumah. Alangkah terkejutnya Renata saat mendapati putranya tengah memanjat pohon mangga yang terletak ditaman mungil depan rumah. Yang lebih mencengangkan lagi ada Ajun, Zani bahkan Rafa. Tapi apa yang mereka bertiga lakukan? Ketiganya hanya menonton sambil memberikan semangat, padahal pohon yang dipanjat Devanka cukup tinggi, melebihi tinggi rumah Renata.
"DEVAN!" pekik Renata, membuat ketiga pria dewasa didepannya menoleh bersamaan.
Renata berlari mendekat, kepalanya menengadah keatas.
"Kamu lagi ngapain? Nanti jatuh Van," ucap Renata risau.
"Mama tenang aja, Devan bisa kok."
Renata beralih menatap pria didekatnya dengan penuh selidik "Lo semua apain anak gue, huh?"
"Mama tenang aja, ini namanya skil bertahan hidup. Papih yang ngajarin," ujar Devanka bangga.
"Tuh Ren, lo tenang aja. Ini salah satu taktik bertahan hidup, siapa tau dimasa depan nanti Devan..."
"Lo ngajarin anak gue jadi maling?" geram Renata, matanya menyalang.
Ajun terkekeh canggung, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Renata menepuk jidatnya pusing "Gue nggak mau tau, lebih baik sekarang lo minta anak gue turun! Kalau nggak, gue aduin lo ke Sheila!" ancamnya, sukses membuat badan Ajun meremang takut.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA (END)
Ficción General❗GANTI JUDUL ❗ Perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, tak heran mereka sering menjadi target kejahatan yang dilayangkan orang-orang tak bertanggung jawab. Tak terkecuali dengan Rania Mahendra, gadis 17 tahun yang harusnya hidup dalam selimu...