Bass

277 11 0
                                    

"Kau enggak bisa sendirian Bass. Mereka terlalu bahaya."

"Aku sudah bikin kekacauan, kalian tidak perlu menanggung resiko yang kubuat."

"Itu gunanya sahabat Bass."

Bass berhenti menstater motornya. Ia tak sanggup bicara apapun. Jantungnya seperti ingin loncat dari rongga ketika Raya mengeluarkan kalimat yang hampir membunuhnya. Bass semakin sadar kalau dia sedang melakukan kesalahan.

Selama mereka bersahabat, diam-diam Bass membenci Ucok. Alasannya karena Ucok secara tersirat diakui seperti pemimpin mereka. Persahabatan mereka terbentuk dari mood court fakultas hukum. Banyak mahasiswa lain yang ikut, namun chemistry yang terbangun justru hanya mereka berenam. Mereka selalu dihadapi masa-masa yang semakin mengakrabkan lewat beberapa lomba mood court dan petualangan travelling.

Setelah putus dari Gege, Bass menghabiskan waktu dengan Tessa. Inilah awalnya terjunnya ia ke geng motor Troy. Semakin hari waktunya semakin tipis dengan Ucok, Raya, Idonz, Rika dan Gege. Sampai pada akhirnya semua sahabatnya melihat ia sudah bergabung di basecamp Troy dengan motor gede yang semakin jelas mempertontonkan kalau ia resmi menjadi anggota Troy. Geng yang paling ditakuti di kampus, tidak satu pun mahasiswa berani dengan mereka.

Sore itu entah apa alasannya Bass kembali ke sebrang kampus. "Tempat biasa". Begitu Ucok, Raya, Idonz, Bass, Gege dan Rika menyebut tempat pertemuan mereka untuk pulang dengan bis. Kebiasaan unik favorit mereka. Setiap hari pasti mereka melakukan itu setelah semua kegiatan di kampus selesai. Setelah berbulan-bulan Bass absen, akhirnya ia muncul lagi.

Malam ini Bass merasa bersalah. Sangat merasa bersalah. Ia seperti dihantui ketakutan yang tak mungkin ia bagi dengan Raya maupun Idonz. Bass merasa nyaman dengan keempat sahabatnya yang lain, hanya Ucok yang menurutnya kerikil. Ia akui ketidaksukaannya pada Ucok menjadi sebuah kebencian yang patut didukung oleh siapapun termasuk Troy. Dan kebencian ini memulai segalanya dalam persahabatan mereka, segalanya yang mungkin akan menendang Ucok keluar dari kelompok mereka dan Bass sah menjadi pemimpin mereka untuk dikandidatkan sebagai ketua mood court. Sekalipun ia tahu ini akan menimbulkan gesekan dalam persahabatan mereka. Pasti!

Satu kesalahan menyeret kesalahan lainnya. Seperti domino!

"Bass."

"Aku dengar."

"Kau tidak perlu merasa bersalah."

Bass tersenyum pahit.

"Jadi keputusannya?" Idonz memecahkan suasana gagap yang sedang mendera.

"Aku sebenarnya tidak peduli lagi tapi entahlah aku merasa perlu untuk menyelesaikan ini semua. Apa yang sudah kumulai harus aku selesaikan. Sendiri."

"Kau jangan gegabah."

Bass tidak menjawab.

"Ada apa Bass?" Ucok datang sudah hampir tengah malam. Dibelakangnya dua bidadari, Gege dan Rika yang sudah pasti mengabarkan kejadian hari ini sehingga memancing Ucok untuk segera berangkat ke rumah Bass usai acara Butet.

"Kalian perempuan!"

"Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Kami enggak mungkin biarin kamu sendiri."

"Aku enggak mau balapan lagi tetapi.."

"Tetapi dia harus menyelesaikan apa yang sudah dia mulai, itu katanya tadi. Dilema. Bisa kau menasihatinya Cok?" Idonz memotong kalimat Bass.

Ucok mengangkat alisnya. "Apa yang sebenarnya terjadi Bass?"

"Aku enggak cocok dengan dunia malam dan kekerasan yang hampir setiap malam mereka lakukan. Dan yang terpenting aku enggak ingin mengantar nyawaku."

Ucok hanya diam. Tangannya dilipat didada berpikir keras mencari solusi.

"Sepertinya sirat wajahmu menandakan sesuatu?" Tanya Raya yang sedang memperhatikan Ucok. Ia menyimpan tanda tanya dengan mimik Ucok. "Ucok."

"Masalahmu masalah kita juga Bass. Kami bersamamu." Ucok mengarahkan wajahnya ke Bass.

Bass terperangah. "Apa aku enggak salah dengar?"

"Kenapa tampangmu begitu?"

"Ucok kau enggak perlu turun tangan."

Aku tahu alasan kamu balik, Bass. Aku hanya ingin memberimu pelajaran kalau persahabatan yang kita punya tidak seremeh desakan mereka menekanmu. Supaya diakhirnya kau tahu kau harus memilih siapa.

"Kapan?" Tanya Ucok mendominasi Bass.

Bass menelan ludah namun tenggorokannya tercekat. "Akhir minggu ini."

"Kita berangkat sama-sama."

Bass menggigit gerahamnya. Maaf Cok. Aku enggak suka caramu menguasai kami dengan suaramu yang sok pemimpin itu. Kita semua enggak pernah memilihmu jadi pemimpin.

K A M P U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang