Bass

154 6 0
                                    

Di rumah sakit.

"Aku di mana?"

Bass sudah tersadar. Tepat ketika sahabat-sahabatnya besuk, kecuali Rika.

"Kau di rumah sakit Bass." Jelas Idonz.

"Siapa yang menyelamatkan aku? Aku tidak suka! Aggghh!!"

"Dosamu harus ditebus dulu Bass kau tidak diterima di alam manapun." Celetuk Idonz. Kemudian ditahan Raya supaya tenang membiarkan Bass mengumpulkan nyawanya yang sempat dia lepas pergi secara paksa namun ditolak malaikat maut. Idonz menurut karena ia melihat raut wajah Bass yang kecewa karena masih hidup. Sepertinya Bass memang benar merahasiakan sesuatu di belakang mereka. Ucok dan Gege hanya diam mengamati mimik Bass.

"Siapa saja yang tahu aku di sini?"

"Pastinya orang tuamu."

Bass kali ini melirik Idonz. "Hanya mereka kan?"

"Yah hanya mereka. Mamamu menangisimu sepanjang hari. Papamu berkali-kali menendang tembok. Kau gila Bass! Untunglah Tuhan kasih kau umur panjang, kau harus minta maaf sama orang tuamu. Bunuh diri bukan jalan terbaik Bass, kau aneh belakangan ini, apa yang kau sembunyikan?" Idonz tidak bisa menahan lagi rasa ingin tahunya. Tidak peduli lagi sama Raya yang terus memonitor.

"Apa Tesa tahu?"

"Bass Bass cinta kalian sama saja! Dia pasti tau lah! Setiap hari dia besuk kamu. " Sahut Idonz.

"Apa aku aman?" Kali ini nada Bass serius dan mengundang pertanyaan dibenak sahabatnya.

"Maksud kamu?" Tanya keempatnya.

Bass mengamati sahabatnya satu persatu. "Bawa aku pergi ke sebuah tempat yang orang lain tidak mungkin menemukanku. Beritahu orangtuaku dengan alasan masuk akal. Sekarang." Bass langsung melepas semua infuse dan segera turun dari tempat tidur.

Gege, Ucok, Idonz dan Raya mencoba memahami dan mengikuti instruksi Bass sekalipun mereka khawatir karena pemulihan Bass belum sempurna. Hari ini menguatkan kecurigaan mereka.

"Ganti dulu bajumu!" Raya melepas kemejanya. "Kau tidak ingin mendengar teriakan suster yang kehilangan pasiennya kan?" Raya menyimpulkan senyum ke Bass. "Kita berpetualang lagi!"

"Untuk apa itu Ge?" Tanya Idonz yang tak sengaja melihat Gege memasukkan botol infuse.

"Pasti Bass membutuhkan ini beberapa jam lagi."

Bass menoleh ketika Gege menyebut namanya, hatinya berdegup kencang seperti angin topan yang memporakporandakan tatanan hati yang sudah ia tata selama ini. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang menggetarkan sampai ke relung jiwanya. Tanpa ia sadar senyum itu ia hadiahkan ke Gege. Namun sayangnya Gege tidak membalas senyum Bass, ia melakukan itu atas persahabatan.

"Sudah? Ayo! Aku tahu kita harus lewat pintu mana." Seru Ucok setelah mengamati keadaan di luar kamar. Ia sudah mempelajari denah Rumah Sakit selama berhari-hari menemani Bass, entahlah kemarin dia merasa perlu untuk melakukan itu. Sepertinya usaha kemarin tidak sia-sia, perasaan Ucok tidak pernah salah. Ia tahu kalau keanehan Bass pasti melibatkan dirinya.

"Ge. Ayo!" Panggil Ucok ketika Bass, Raya dan Idonz sudah lebih dulu keluar. "Kau membuat kamuflase Bass dengan bantal guling?" Ucok menggeleng sambil tertawa lirih. "Kau selalu berpikir sedetail itu Ge. Cepatlah! Mereka sudah jauh." Gege dan Ucok pun meninggalkan Rumah Sakit.

K A M P U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang