PETUALANGAN

127 4 0
                                    

Di "tempat biasa".

UCOK

"Bass pulang ke geng motor. Gulamo dan yang lainnya menyisir kampus. Aku dua kali lihat Gulamo dan Bass bicara di lapangan basket belakang kampus. Sepertinya Gulamo mengancam Bass. Kita harus hati-hati." Gege memberitahu teman-temannya ketika mereka sudah berkumpul di depan warung menunggu bis.

"Pantas saja Bass menghilang dua hari ini, rupanya dia kembali ke geng motor. Kau harus waspada Cok, kami bersamamu. Kita enggak boleh jauh-jauh sekarang." Sahut Idonz.

Rika melihat Hans dikejauhan. Tidak biasanya Hans main sampai ke area fakultasnya. Pikiran Rika langsung bercabang, pasti Hans ingin mensinyalkan bahaya atau menyelamatkannya atau bahkan ia memang ditugaskan Troy mengawasi fakultas hukum?

"Kita jangan naik bis dari sini. Kita harus pergi sekarang." Tukas Rika tanpa menunda waktu. "Ayo cepat pergi lewat jalan lain!" Rika bergerak cepat disusul teman-temannya.

Ucok, Gege, Raya, Rika dan Idonz berlari menjauhi kampus dengan jalur rahasia yang pernah mereka lewati dipetualangan sebelumnya. Sampai pada akhirnya mereka melompat ke atas kereta api yang membawa mereka entah kemana.

"Fiuhh!!"

"Kau lihat sesuatu Rik?" Tanya Idonz.

"Yah. Untuk apa mereka semua di fakultas kita? Pasti mereka kejar kita." Rika mengatur nafasnya. "Aku semakin enggak percaya sama Bass. Dia pasti sudah bocorin kalau kita suka kumpul di depan warung. Gila!" Rika menendang apapun yang bisa ia tendang.

Ucok mengacak rambut Rika. "Tenang Rik."

"Petualangan kali ini harus ada luka dan memar."

"Pemberhentian berikutnya Senen." Beritahu Raya.

"Turun."

Mereka berlima bergegas turun bersamaan dengan penumpang lainnya.

"Kita ke mana sekarang?" Tanya Gege sambil membeli minuman.

"Gulamo. Itu Gulamo kan?" Tanya Raya memastikan.

"Shit!! Mereka kejar kita sampai sini." Sahut Rika. "Kita harus bergerak pelan-pelan."

Raya, Gege, Ucok, Rika dan Idonz menjauhkan diri lagi. Menelusuri cempaka putih kemudian menyelamatkan diri naik metromini 24 ke arah Priok. Sialnya di Sunter mereka harus terjebak gerombolan Gulamo yang ternyata berhasil mengejar mereka.

Pertarungan pun terjadi.

Keributan di jalan raya ini mengganggu aktivitas keseharian warga. Tenaga kelimanya sudah menurun padahal orang-orang Gulamo semakin banyak. Tidak kuat lagi Idonz nekat menghentikan angkot dan menyewanya dengan jumlah besar. "Heiii!!!! Naiikk!!"

Berhasil memukul lawan dengan satu pukulan menggunakan tongkat kasti yang ia rebut dari anak buah Gulamo, Gege langsung naik ke angkot. Raya membantu Rika menghabiskan lawan yang menghajarnya. Kemudian menyuruh Rika menyusul Gege. Setelah Rika naik ke angkot, Raya masih harus membantu Ucok yang dikeroyok habis-habisan. Idonz tidak sabar lagi.

"Saya aja yang bawa mobillnya Pak. Bapak duduk di samping aja baik-baik." Idonz mengambil kendali sekalipun supir tidak setuju. Kemudian dengan liar Idonz menabrak gerombolan yang mengeroyok Ucok dan Raya. Setelah Raya dan Ucok lolos, tanpa rem Idonz mengegas angkot.

"Aku sewa satu juta untuk angkot ini. Nyawa kita lebih mahal, gays!"

Rika, Gege, Ucok dan Raya saling berpandangan. Tak lama mereka teriak karena Idonz hampir saja menabrak sepeda yang mengangkut ayam. "Idonzzz!!!!"

Supir terus mengoceh protes. "Saya mah enggak mau kalau begini ceritanya!! Mau sejuta kek sepuluh juta kek!" Namun tiba-tiba dia diam ketika Gege memberikan lembaran ratusan ribu.

Gege dan yang lain langsung menyender lega.

K A M P U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang