Tesa & Gio

136 6 0
                                    

Di tempat persembunyian Tesa.

"Siapa?" Tanya Tesa ketika Gio mematikan ponselnya.

"Bone. Bass tertangkap, ia ditawan Troy dan babak belur. Ucok dalam bahaya, Troy akan selamatkan Bass asal Bass bersedia bawa mayat Ucok kehadapannya.."

"Kejam."

"Bagaimana kalau Troy minta aku ke sana?"

"Enggak mungkin. Yang Troy tahu aku hamil untuk itu dia suruh kamu jagain aku di sini. Troy sekarang benci banget sama Bass, mustahil aku nikah sama dia. Troy pikir aku aman sama kamu."

Gio mengusap wajah Tesa. "Apa kamu enggak kasian sama Bass?"

"Kasian." Tesa mengingat kenangan pacarannya sama Bass. "Tapi aku enggak pernah cinta."

"Jadi ini.."

"Maaf Gio. Aku kesel sama kamu. Aku hilang akal kemarin."

Gio mengangguk.

"Sejujurnya aku enggak mau ada pertumpahan darah untuk kita bersama, Gio."

"Kadang aku berpikir Troy terlalu rapuh maka itu ia membentengi dirinya sendiri."

"Pengaruh Papa terlalu kuat mendoktrin dia. Aku enggak suka Troy tumbuh jadi orang kejam seperti Papa." Tesa merenung. "Semenjak perceraian Papa dan Mama kami harus hidup bersama Papa dan orang-orangnya yang jahat. Mavia. Aku selalu nangis setiap kali Papa teriak memberi perintah kejam." Tesa menggeleng. " Sekalipun mereka berdua sangat menyayangiku."

"Tapi Mama juga sayang sama kamu."

"Yah. Tapi setelah Mama menikah lagi, rasa sayangnya terbagi."

Gio mengusap rambut Tesa penuh sayang. "Ada aku Sa."

"Aku enggak mau kau seperti Papa, Gio."

"Aku akan jadi orang baik, Sa. Pasti."

"Terima kasih Gio."

Gio tersentuh. Rasa kasihnya pada Tesa semakin besar. Ia bahkan tidak pernah menerima ucapan itu dari Troy yang selalu ia turuti perintahnya.

"Gio. Apa aku boleh menanyakan sesuatu?"

"Apa?"

"Kenapa Troy begitu benci Ucok?"

Gio sempat berpikir lama. "Waktu SMA kami bergabung di tempat latihan karate yang sama. Troy iri melihat Ucok menjadi pusat perhatian para pelatih dan karateka lainnya. Sikapnya yang supel dan gerakannya yang bagus menyita semua pujian. Bahkan Ucok memenangkan banyak piala."

"Dia selalu begitu!"

"Bagaimanapun Troy tetap saudara kandung kamu."

"Kamu setia banget sama Troy?"

"Disisi lain Troy sosok sahabat yang baik. Sekalipun orang lain tidak melihatnya. Aku melihatnya terpuruk ketika kehilangan Pardi. Dia kawan yang hebat."

K A M P U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang