P A N I K

127 5 0
                                    

Di rumah sakit.

"Dokter tolong!" Suara dan wajah panik terlukis diwajah empat sahabat Gege.

Secepat kilat petugas medis menolong Gege. Semua khawatir menunggu dokter menangani. Masih terekam jelas teriakan sendu Gege yang kesakitan dan ringisannya sepanjang perjalanan.

"Bagaimana Dok?"

"Pasien selamat. Tidak ada luka berat hanya saja ia harus dirawat inap sampai lukanya kering."

"Terima kasih Dokter." Mereka bersyukur lega.

"Kalau begitu saya pamit."

"Silahkan Dok."

"Bass" Rika menggeleng ketika nama itu terucap. "Aku benar-benar heran lihat anak itu."

"Bagaimana keadaannya?" Bass tiba-tiba muncul.

"Untuk apa kau datang lagi?" Tanya Rika emosi ketika mendengar suara Bass.

"Ini rumah sakit Rika." Sahut Bass mendorong Rika. "Apa dia selamat?"

"Apa kau pingin Gege selamat?"

"Aku enggak berselisih sama Gege."

"Cih!" Rika membuang ludah.

"Apa dia selamat?" Tanya Bass sekali lagi.

"Yah dia selamat." Jawab Ucok tenang. "Kau mau jadi orang pertama yang melihatnya?"

"Kalau kalian ijinin."

"Tentu." Jawab Ucok. "Kita ke IGD sekarang." Bass dan Ucok jalan berdua menuju IGD.

"Aku hargai munafikmu kali ini." Wajah bengis Bass tetap saja ditujukan untuk Ucok.

"Setelah kau hampir membunuh Gege?"

"Masalahmu berbeda."

"Aku tidak mengerti cara berpikirmu."

"Urusan kita tetap lanjut Cok."

Ucok mendesah berat. Ia menggeleng pasrah. Bass benar-benar bebal!

"Gege."

Gege langsung membuang mukanya, ia sama sekali tidak mau mellihat Bass.

"Maafin aku Ge."

Gege diam saja.

"Aku benar-benar minta maaf melukai kamu."

"Aku mau sendiri Cok." Ucap Gege singkat dengan nada bermaksud mengusir Bass.

"Mungkin ada kalimat terakhir yang mau kau sampaikan Bass?" Ucok bersuara.

"Aku hanya berurusan dengan Ucok, Ge. Aku sama sekali tidak menganggapmu musuh."

Gege tidak sudi mendengar apapun yang diucapkan Bass termasuk kata maafnya. "Cok."

Bass melangkah keluar.

***

K A M P U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang