4. Berubah

139 11 0
                                    

Hal yang tidak biasa bagimu, itu akan menjadi yang luar biasa bagiku. Suatu hal yang sederhana, mampu membuatku jatuh cinta berkali-kali.

Tapi mengapa, akhir-akhir ini kamu berubah?
Apa kamu sudah bosan?
Jika iya, bilang padaku.
Tapi kamu juga harus tahu ini, jika aku tidak pernah bosan padamu.

^Darel Arfanda Migler^

________


Waktu berlalu begitu cepat. Kisah masa remaja mereka kini kian bertambah. Kenangan di dalamnya tak lepas begitu saja.

Tahun sudah berganti. Kelas dua belas pun telah lulus. Kini kelas sebelas dan kelas sepuluh sekarang berpindah posisi. Menjadi kakak tingkat untuk adik kelas sepuluh yang baru.

Sudah satu tahun Darel dan Bernika menjalin hubungan kasih. Mungkin kemarin-kemarin memang tidak ada masalah apa-apa diantara mereka. Tapi kini hal itu tak lagi terjadi. Di hubungan mereka, sekarang sedang di terpa badai.

Satu minggu belakangan ini, Bernika sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya menurut Darel. Yang tadinya sering berkabar, kini tidak. Yang dahulunya selalu ingin bersamanya kemana pun dan di mana pun, kini juga tidak. Entah ada apa dengan Bernika, sehingga kentara sekali perbedaannya.

Darel menjadi galau dan uring-uringan tak menentu saat Bernika berubah. Di pelajaran tak fokus, kumpul bersama para sahabatnya juga tak fokus, bahkan latihan voly pun tak fokus.

Ezra, Rama, dan Janu sering kali menghiburnya dengan kegiatan apapun yang sering mereka lakukan biasanya. Tapi hal itu tak mempan, yang ada mereka menemukan sosok Darel dengan wajah kusut, mata sayup dan memerah, juga seringkali kedapatan tengah melamun.

Hal yang biasanya ringan, kini terasa lebih berat. Bahkan Darel sering kali menanyakan pada Bernika atas perubahannya. Tapi hanya alasan klise yang ia dapat. Bukan jawaban yang benar dan pasti.

"Rel, udah lah, lupain dulu sejenak. Kita kumpul, yuk! Biar otak lo lebih fresh aja gitu." Rama mencoba membujuk Darel agar tidak larut dalam kesedihannya.

Darel hanya mendongak pada Rama, kemudian menggelengkan kepalanya. Dirinya hanya menampilkan wajah lesu juga helaan nafas berat.

Janu yang sedari tadi memainkan ponselnya, kini beralih menatap Darel.

"Cinta sama bodoh beda tipis, Rel. Dan yang lo lakuin sekarang itu hanyalah kebodohan. Kalo lo curiga sama dia, lo ikutin. Siapa tahu lo nantinya akan menemukan titik terang. Selama ini, lo terlalu percaya sama dia. Gak pernah gue lihat lo nyalahin cewek lo, meskipun dia memang yang salah. Dan lo dengan mudahnya memaafkan. Padahal kesalahan yang dia perbuat, menurut kebanyakan orang itu fatal." Janu memberi petuah pada Darel. Ia hanya ingin Darel sadar dengan apa yang terjadi pada hubungannya.

"Sejak satu bulan yang lalu, gue, Rama, dan Janu ... selalu kasih bukti ke lo. Tapi lo gak pernah mau percaya. Yang ada lo marah dan bilang itu semua omong kosong. Gue jadi bingung sendiri dengan hubungan lo yang kaya gini. Lo mencoba untuk bertahan dan memperjuangkan, sementara dia hanya diam dan dengan enaknya tak acuh sama lo, seolah hubungan kalian gak terjadi apa-apa." Ezra pun ikut andil agar Darel cepat sadar dengan semua perlakuannya.

Hubungan yang menurut mereka memang sudah rusak dan tidak mungkin lagi di pertahankan. Mereka terlalu peduli dengan Darel, mereka tidak ingin jika Darel sakit terlalu dalam jika tahu kebenarannya.

Darel hanya butuh kesadaran, agar dia mau membuka mata dan hati, jika Bernika tak sebaik yang dia kira. Selama ini Darel memang tidak pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri perlakuan Bernika yang nyeleneh di belakangnya. Bahkan para sahabatnya selalu memberikan bukti foto atau video padanya, tapi Darel tetap kekeuh dan percaya jika Bernika tidak mungkin main-main atau selingkuh pada orang lain.

Heart's Owner (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang