20. Sharing

63 9 0
                                        

Darel baru saja memarkirkan motornya bersamaan dengan para sahabatnya. Banyak dari sebagian siswi yang memerhatikan mereka. Lantaran pesona mereka yang begitu memukau.

Di antara mereka, yang sudah benar-benar official hanya Ezra dan pasangannya, yaitu Ayushita. Hubungan mereka yang begitu awet juga terlihat adem-adem saja.

"Rel, nanti balik kita kumpul-kumpul, yuk! Jalan ke mana gitu, kek." Rama menyarankan pada Darel untuk kumpul bersama ketika nanti pulang sekolah.

"Kita ke foodcourt aja gimana? Yang dekat kolam renang itu, loh. Di sana vibesnya bagus, instagram-able banget sih." Ayushita memberi saran, yang langsung diangguki mereka semua.

"Ok, setuju." Rama berujar dengan nada semangat. Tak lama dari itu, mereka semua segera meninggalkan area parkir menuju kelas.

***

"Pa, thanks for taking me to school. Padahal aku bisa naik angkutan umum, kalau pak Darma lagi gak bisa antar aku ke sekolah."

"Papa sudah lama tidak pernah mengantar kamu sekolah. So, no problem, right?" Cerelia mengangguk dan tersenyum, lalu dirinya mulai mencium punggung tangan Bram.

Tak lama dari itu, Cerelia segera keluar dari mobil. Saat mobil papanya sudah tak terlihat lagi dari pandangannya, Cerelia segera memasuki gerbang yang memang masih terbuka lebar. Karena masih ada waktu dua puluh menit lagi untuk bel masuk berbunyi.

Langkah Cerelia berhenti saat di anak tangga menuju kelasnya. Ia dihadang oleh Bernika dan Cathrine.

Cathrine tersenyum remeh pada Cerelia. Bahkan tubuhnya ia condongkan ke wajah Cerelia dengan jarak yang cukup dekat. Dirinya geram, lantaran Cerelia hanya menampilkan raut wajah yang datar, tanpa ekspresi panik dan takut.

Lalu Cathrine memundurkan wajahnya kembali, ia masih sama dengan ekspresi tadi.

"Oh gosh. Kok, spesies kaya lo masih ada ya di dunia ini?" tanya Cathrine dengan jari yang memainkan rambut ikalnya.

Cerelia masih diam. Jujur ia sangat malas berhadapan dengan dua manusia yang tidak jelas.

"Cerelia, lo masih berurusan sama gue. Semenjak lo hadir, semua jadi kacau. Gue yang di putusin Darel, bahkan sekarang gue di abaikan. Dia tak acuh sama gue dan lebih memilih cewek kaya lo ...

"Setiap kali gue sedang bermain-main dengan incaran gue, lo merusak semuanya. Sebenarnya mau lo tuh apa, si?"

Cerelia menatap Bernika dengan wajah yang dingin. Bahkan sorot matanya semakin menajam. Ia juga menatap Cathrine dengan bengis.

"Gue rasa kalian memang benar-benar bodoh. Harusnya kalian tahu, kenapa gue salalu mengusik kalian disaat kalian sedang bermain-main." Cerelia mulai menatap Bernika kembali, tatapan itu sama seperti tadi.

"Lo pikir, dalang dari rusaknya hubungan lo dan Darel tuh siapa? Introspeksi diri dulu makanya. Bahkan perkataan lo itu gak pantas di tujukan ke gue, ngerti?" Cerelia langsung menerobos jalan mereka berdua. Ia tidak peduli dengan dua manusia bodoh itu.

Bernika geram dengan tindakan Cerelia. Dia benar-benar tidak ada rasa takut padanya. Ia berpikir ... semenjak dia datang dan hadir di sekolah ini, semua menjadi kacau. Hal yang seharusnya tidak terjadi, kini semua berbeda.

Cathrine menepuk pundah Bernika. Ia membisikkan sesuatu yang membuat sang empu tersenyum dengan tak biasa. Sampai akhrinya mereka pergi dari anak tangga tersebut menuju kantin yang di mana memang itu tujuan mereka di awal tadi.

***

"Cer, sini!" Maudy memberhentikan langkah Cerelia saat baru saja mencapai daun pintu.

Cerelia menghampiri Maudy yang ada di depan kelasnya. Berdiri di pagar tembok sambil memakan mochi isi matcha.

"Mau?" Cerelia menggeleng saat Maudy menawarkan makanannya yang masih terbungkus itu.

"Ayushita sama Alifa belum datang?"

"Alifa udah datang tadi, tapi di bawa pergi sama Janu. Kalau Ayushita lagi di jalan sama Ezra."

"Emm, Dy ... gue mau bicara sesuatu boleh?" tanya Cerelia dengan hati-hati dan nada yang pelan.

"Kalau mau bicara ya bicara aja kali, Cer. Apa, lo mau bicara apa?"

"Ini tentang Darel."

Maudy langsung menghentikan kunyahannya. Ia menatap lekat Cerelia.

"Lo udah mulai jatuh cinta?"

"Emm, jujur gue gak tahu. Tapi rasa nyaman itu ada." Cerelia menghadap langit dengan wajah yang tanpa ekspresi. Lalu ia mulai berkata kembali pada Maudy, "Apa itu bisa dikatakan cinta?"

"Belum, sih. Tapi itu tanda-tanda fall in love. Siapa tahu dari nyaman lama-lama kalian saling cinta."

Cerelia diam, seperti sedang memikirkan sesuatu saat perkataan Maudy meluncur seperti itu.

"Lo ragu dengan Darel? Karena mantan super gilanya itu masih berkeliaran di sini? Dan lo juga ragu kalau Darel belum sepenuhnya move on?"

Cerelia masih bungkam, tanpa mau menjawab pertanyaan Maudy.

"Lo diam berarti iya." Maudy membalikkan tubuh Cerelia menghadapnya. Dirinya tersenyum dengan tulus.

"Cer, Darel itu punya tiga sahabat yang dari awal memang gak setuju dengan hubungannya dengan Bernika. Rama, Ezra, dan Janu ... mereka adalah orang pertama yang membela Darel, jika Darel disakiti. Intinya mereka saling menjaga satu sama lain. Kalau pun dia belum sepenuhnya melupakan, ya memang wajar. Karena untuk melupakan itu butuh waktu, Cer. Gak ubahnya gue atau pun lo. Konsepnya gini, ketika kita punya sahabat, pacar, atau keluarga yang tadinya sangat dekat dan tiba-tiba di kecewakan begitu saja, tidak semudah itu untuk melupakan. Iya, kan? ...

"Rasa nyaman dan kekecewaan bercampur dalam satu waktu. Karena momen-momen itu memang tidak bisa dilupakan. Kita hanya bisa berusaha untuk mengikhlaskan, belajar, dan mengambil hikmahnya dari apa yang terjadi di masa lalu. Ngerti? ...

"Dan lo ... gak perlu khawatir tentang hal itu. Darel juga pasti udah ada rasa nyaman sama lo. Meskipun kemarin dia masih bertingkah bodoh, tapi kini semuanya berubah, Cer. Apalagi semenjak lo hadir, dia seperti menemukan kenyamanan yang sesungguhnya."

Cerelia tersenyum haru menatap Maudy, lalu tanpa memberi aba-aba dirinya langsung memeluk Maudy dengan erat, yang langsung dibalas juga oleh sang empu.

"Gue, Ayushita, dan Alifa ... sangat mendukung hubungan lo dengan Darel. Asal lo tahu, Rama juga sangat setuju kalau kalian sampai ke tahap pacaran."

"Thanks for everything, Dy."

"No problem, we are friends. Kapan aja lo bisa sharing sama gue, Ayushita, maupun Alifa."

________



Terima kasih ❤

Heart's Owner (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang