Deritaku menahan rasa sakit.
Rasa yang awalnya ku genggam, kini telah hilang.
Kau yang dusta, aku yang hina.
Kau yang begitu picik, dan sialnya aku yang begitu bodoh.________
Darel berjalan dengan telinga yang dipasang earphone. Matanya begitu sayu dan rambut yang terbilang cukup berantakan.Di satu sisi ia merasa lega akan keputusannya, tapi di sisi lain ia merasa jika semua ini dapat membuatnya gila. Karena memang dirinya belum sepenuhnya melupakan seorang Bernika. Pun dia adalah yang pertama.
Mencoba untuk tetap tegar menghadapi itu semua, juga dari tatapan orang-orang sekitar. Selama dua hari ini, Bernika terus-terusan mengejarnya tanpa mau memahami posisinya. Bahkan di sini dirinya yang menjadi korban, tapi seolah-olah Bernika yang korban dan ia pelakunya. Muka Bernika setebal itu, kah? Ah ya, bahkan ia lupa, bahwa gelar yang tersemat pada Bernika ialah the queen of bullying and devil.
"Woi, Rel." Ezra yang baru saja datang bersama Ayushita, memanggil nama Darel yang saat itu sedang berjalan sendirian. Dan sang empu segera menolehkan kepalanya ke belakang. Ia tersenyum dan berhenti menunggu Ezra menghampirinya.
Sebenarnya earphone yang sejak tadi dipasang, tidak membunyikan suara apapun. Ia memasang tanpa menyetel sebuah lagu. Maka dari itu saat orang lain membicarakannya atau memanggilnya dapat terdengar jelas.
"Jangan pasang muka kusut terus deh, bosen gue lama-lama. Di mana Darel yang gue kenal ceria dan nebar senyuman? Tuh rambut juga kusut banget lagi, kaya gak nyisiran aja lo." Ezra meneliti penampilan Darel yang terbilang kurang rapi. Selama dua hari ini, semenjak putus hubungan sahabatnya itu dengan Bernika, Darel memang menjadi pendiam dan kurang menjaga kerapiannya. Bahkan Ezra sering kali menegur dan menasihati untuk tidak terlalu larut dalam kesedihannya. Tapi sayang, Darel masih enggan untuk menerima semua itu.
Ayushita memegang tangan Ezra, untuk izin masuk ke kelas duluan. Karena ia juga ingin menemui Cerelia di kelas sebelah. Ezra pun segera mengangguk menyetujui.
***
"Hai, Cer." Ayushita tidak langsung ke kelas, ia memilih menemui Cerelia yang berada di kelas sebelahnya.
"Hai, Shita. Kenapa?" Beberapa minggu ini, Cerelia mencoba untuk akrab dan ramah pada teman-teman barunya.
"Nanti ngantin bareng, ya, seperti biasa." Cerelia hanya mengangguk.
Cerelia mengangkat halisnya kala Ayushita tidak beranjak dari tempat duduknya.
"Emm, itu ... gue gak sengaja lihat lo diantar sama Darel, dua hari yang lalu."
"Terus?"
"Ya, sebenernya gak gimana-gimana, sih, hehe. Tapi gue penasaran, menurut lo Darel gimana?"
Cerelia diam sebentar untuk menjawab pertanyaan Ayushita.
"Baik."
"Hanya itu?" Cerelia pun mengangguk.
"Selama dua hari ini dia kelihatan kacau. Karena pasca putusnya sama Bernika, jadi ya gitu."
"Terakhir kali kita ketemu, dia kelihatannya masih baik-baik aja. Tapi kayanya itu hanya sebuah topeng, nyatanya dia masih belum bisa move on sampai sekarang." Cerelia mencoba menjelaskan pertemuannya dengan Darel pada saat pergi makan di luar.
"Gimana kalau lo buat dia move on dari Bernika?" ujar Ayushita sambil menaik turunkan alisnya.
Sebenarnya ia tak pernah berpikir untuk bisa membuat Darel melupakan Bernika. Bahkan ia seolah tak peduli akan semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Owner (End)
Novela Juvenil"Entah sudah berapa kali aku di bodohi, tapi tetap saja masih bertahan." ______ Darel Arfanda Migler. Hidup dengan penuh kebahagiaan, di mulai dari keluarga, sahabat, bahkan kekasihnya. Siapa yang tidak tahu Darel? Dia berpacaran dengan cewek popul...