Bau asap kendaraan di pagi hari menyeruak ke hidung milik Cerelia. Ia pergi bersama Darel menggunakan motor kesayangannya itu.
Darel tadi pagi-pagi pukul 05:45, sudah bertengger di atas motornya depan gerbang rumah Cerelia. Bahkan Cerelia sampai terkejut dengan kedatangan Darel sepagi itu.
Tapi atas hadirnya Darel, mampu membuatnya tersenyum dan menyambut pagi dengan semangat.
"Cer, nanti malam gue jemput. Karena lo, harus berangkat bareng gue." Darel mengatakan itu saat mereka sudah sampai di area parkir. Bibirnya yang terus melengkung ke atas membuat Cerelia terbuai.
"Iya." Hanya kata itu yang Cerelia ucapkan. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, jika atmosfer yang ada pada mereka ialah sebuah kecanggungan.
Kemudian Darel dan Cerelia melangkah menuju kelas bersama. Banyak tatapan memuja dari siswa/siswi yang melihatnya. Melihat betapa serasinya mereka, juga aura Cerelia yang memang sangat berbeda. Mereka semua mengenal Cerelia, semenjak kejadian di mana seorang the queen of bullying dikalahkan oleh murid baru bernama, Cerelia Mizqia Andhara. Sejak saat itu siswa/siswi mengenalnya. Mereka semua merasa kagum dan bangga dengan keberanian Cerelia.
Cerelia sebenarnya sedari tadi menahan kegusarannya. Karena ia tengah memakai hoodie putih kebesaran, guna menutupi luka semalam.
Beruntungnya, Darel tidak menanyakan apapun dengan apa yang ia kenakan pagi ini.
***
Darel dengan tampang gagah berjalan menuju kelasnya sendirian. Janu sudah berada di kelas saat ini. Sementara Rama dan Ezra masih dalam perjalanan.
Banyak yang memberanikan diri untuk menyapa Darel semenjak putus hubungan dengan Bernika. Mereka mengira Darel memang sombong, tapi nyatanya Darel tidak seperti itu. Bahkan Darel menyambut sapaan dan memberi sedikit senyumannya.
Entah mengapa, semenjak hadirnya Cerelia, dapat membawa hal positif dan ketenangan dalam hati serta pikirannya. Seperti ada kebebasan dan hal yang melegakan.
"Dari tadi, Nu?" tanya Darel saat memasuki kelas, dengan melihat Janu yang kini sedang bermain ponsel.
"Iya. Lo bareng Cerelia?"
Darel mengangguk seraya mendudukkan bokongnya di kursi.
"Mulai nyaman?"
"Kayanya sih, gitu."
Beberapa menit kemudian, setelah mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, datang lah Rama dan Ezra sambil menenteng dua buah kantong plastik putih yang langsung membawanya ke hadapan Janu dan Darel.
"Itu apaan?" tanya Darel penasaran.
"Makanan sama minuman buat kita. Gue tadi mampir ke warung pak Jajang sebentar, sekalian beli nasi rames buat cewek gue." Ezra menjawab pertanyaan Darel.
Darel dan Janu langsung melihat isi dari dua kantong plastik putih tersebut. Isi nya sudah bukan hal yang aneh lagi. Ada camilan kesukaan mereka, belut crispy, usus crispy, jamur crispy, keripik balado, dan di kantong satunya ternyata minuman dan makanan yang dibeli di minimarket.
"Tumben banget beliin makanan ini, lagi kenapa?" tanya Janu yang kini sedang melahap jamur crispy nya.
"Nyenengin sahabat kali-kali gak ada salahnya, kan?" ujar Rama.
"Kebetulan gue lagi ada rezeki. Bonus dari bokap, karena bantuin proyek kerjanya."
"Ini ni, calon CEO muda kita." Rama berkata seraya menepuk pundak Ezra dengan senyum bangga.
Dan semua pun ikut tersenyum dengan penuturan Rama.
Ezra memang pekerja keras, mereka sangat tahu itu. Di saat yang lain menikmati masa mudanya, sementara Ezra dituntut harus bisa meneruskan perusahaan dengan cara dia bekerja. Membantu Ayahnya ketika ada hal yang memang sangat penting.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Owner (End)
Novela Juvenil"Entah sudah berapa kali aku di bodohi, tapi tetap saja masih bertahan." ______ Darel Arfanda Migler. Hidup dengan penuh kebahagiaan, di mulai dari keluarga, sahabat, bahkan kekasihnya. Siapa yang tidak tahu Darel? Dia berpacaran dengan cewek popul...