Angin yang cukup sejuk, kini menerpa wajah Cerelia ketika baru saja sampai parkiran sekolah bersama Darel. Tadi saat dirinya baru saja selesai sarapan, Darel sudah ada di sofa depan televisi dengan memakan camilan keripik. Bahkan Cerelia yang sejak tadi di dapur cukup terkejut dengan kedatangan Darel. Bisa-bisanya Darel masuk ke Apartemen tanpa menimbulkan suara atau pun ucapan salam.
Tak lama kemudian, Darel mengantar Cerelia ke kelasnya dengan menggenggam tangan Cerelia. Hal itu mampu menjadi sorotan beberapa siswi yang melihatnya. Bahkan seseorang dari masa lalunya melihat hal itu dengan pandangan yang tak biasa.
"Thanks, Rel."
Darel tersenyum dan mengusap lembut rambut Cerelia. "Belajar yang rajin, Cer. Kalau gitu, gue pamit ke kelas, ya." Cerelia mengangguk atas jawaban. Baru saja ia membalikkan tubuhnya ke daun pintu, sudah ada yang menariknya dengan cara yang cukup kasar.
Cerelia mendengus atas tindakan manusia di hadapannya sekarang. Bagaimana bisa, dia muncul kembali setelah beberapa minggu ini tak mengusiknya.
"Apaan si, lo? Setelah sekian lama gak muncul di depan muka gue, sekarang udah mulai berani nampakin diri, ya." Cerelia tersenyum miring seraya bersidekap dada.
"Bangsat lo, ya. Gue muncul sekarang di depan lo ini, karena muak sama lo. Gue gak suka apa yang seharusnya jadi milik gue, di miliki oleh orang lain." Perkataannya penuh dengan sarat akan ancaman yang tidak memperbolehkan orang lain menyentuh hal yang ia sukai. Lalu dirinya langsung menggeret Cerelia ke ujung lorong, menjauh dari ruang kelas. Kini mereka saling berhadapan di depan ruang penyimpanan piala.
"Denger ya cewek gak jelas. Gue gak suka dipaksa kaya gini, apalagi lo narik-narik kaya tadi."
"Cerelia Mizqia Andhara. Lo masuk dalam list hitam gue. Gue gak sudi lo sentuh-sentuh Darel bahkan bahagia bersama dia."
"Bernika Olivia Edlyn. Gue gak takut dengan ucapan lo itu. Mau gue masuk ke dalam list hitam lo, gue gak peduli. Dan asal lo tahu ya, Darel gak akan sudi juga balik lagi sama lo. Harusnya lo sadar diri, yang buat hubungan kalian hancur itu karena diri lo sendiri. So, lo bukan orang spesial lagi bagi Darel. Because ... you're a bitch!" Cerelia berjalan dengan langkah lebar tanpa mau menengok kembali ke belakang. Ia tak peduli dengan Bernika yang mungkin sedang mencak-mencak sendiri di sana.
Cerelia sengaja berkata seperti itu pada Bernika, supaya dia tak semena-mena dengannya. Bahkan sejak dulu ia tak pernah takut dengan orang-orang seperti itu. Ketika ada yang menantang, maka ia akan tantang balik.
***
Cerelia, Ayushita, Maudy, dan Alifa, kini tengah duduk di sisi lapangan. Berhubung sekarang waktu sitirahat, jadi mereka memutuskan untuk menonton Darel dan para sahabatnya bermain bola, tak lupa ditemani dengan beberapa camilan serta minuman. Sambil menyaksikan, juga sambil berceloteh ria tentang kesibukan masing-masing.
Mereka bermain bola hanya untuk kesenangan semata saja. Ya, hitung-hitung olahraga, meskipun tak ada jadwal olahraga di kelas mereka.
Percakapan antara Cerelia dan ketiga sahabatnya terhenti, kala Bernika datang bersama Cathrine di sampingnya.
Cerelia mendengus menatap keduanya. Tidak bisa kah untuk tidak mengusiknya dulu? Moodnya seketika hancur kembali gara-gara mereka berdua.
"Heh cewek gak waras, ngapain lo ke sini? Mau nyari ribut lagi?" Maudy yang geram akhirnya buka suara.
"Kalian berdua gak ada kerjaan? Sampai harus ke sini segala." Ayushita ikut menambahi, karena dirinya juga sama geramnya dengan Maudy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Owner (End)
Teen Fiction"Entah sudah berapa kali aku di bodohi, tapi tetap saja masih bertahan." ______ Darel Arfanda Migler. Hidup dengan penuh kebahagiaan, di mulai dari keluarga, sahabat, bahkan kekasihnya. Siapa yang tidak tahu Darel? Dia berpacaran dengan cewek popul...