Mata indah itu mengapa tak lagi sama seperti saat pertama kali kenal dan bertemu?
Mata indah itu seperti tertutup kabut. Entah ada suatu kebohongan di sana atau memang hanya aku yang merasa bahwa kamu aneh akhir-akhir ini.________
Darel kini sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Ia hanya sendiri, tidak bersama Bernika. Dengan alasan ingin berangkat bersama papahnya saja.
Selama di perjalanan, ia tak henti-hentinya memikirkan ucapan para sahabatnya. Ucapan-ucapan itu selalu terngiang di telinga hingga membuatnya sakit kepala. Apakah benar seorang Bernika selingkuh darinya? Bersama laki-laki lain yang mungkin lebih tampan dan kaya darinya?
Tapi buru-buru ia langsung tepis pemikiran itu. Jika ia terus-menerus memikirkannya, akan membuatnya semakin gila.
Darel segera melaju dengan kecepatan cukup kencang. Mata yang begitu menusuk jalanan kini hampir sampai ke pelataran sekolah.
Ketika baru saja sampai di parkiran, dirinya disambut oleh salah satu sahabatnya yang kebetulan baru datang juga.
"Wehh, babang Darel baru sampe." Rama berujar seraya merapikan rambutnya yang terlihat berantakan.
Darel mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Rama.
"Ezra udah sampe belum?" tanya Darel.
"Dia mah udah, kan tadi sekalian bareng Shita."
"Janu?"
"Janu lagi ke perpus sama Alifa."
Setelah percakan singkat antara Darel dan Rama, mereka pun segera melangkah menuju kelas.
Berjalan di koridor dengan penuh pesona akan ketampanan yang dimiliki keduanya. Meskipun perilaku Rama memang sedikit konyol, tapi jika dilihat dari paras Rama memang tampan.
Mereka sebenarnya tidak pernah tebar pesona, hanya saja pesona mereka memang langsung bertebaran begitu saja. Banyak dari kelas sepuluh yang mencuri-curi perhatian mereka saat berjalan. Ada juga yang langsung menyapa mereka begitu saja.
Saat berbelok ke tangga untuk menuju kelas dua belas, Darel dan Rama bertemu dengan Cerelia. Dengan mulut yang mengunyah permen karet dan tangan yang memainkan rubik.
Rama langsung menepuk pundak Darel, sambil memerhatikan ke arah Cerelia yang berjalan menuju kelas XI MIPA 3.
"Lo lihat cewek tadi, kan?" tanya Rama. Dan jawaban Darel hanya menganggukan kepala.
"Tuh cewek beda banget. Dia sama kaya gengnya si Ayushita, berani sama cewek lo. Dan dia juga murid baru di sini, tapi gayanya yang khas itu membuat orang kagum sama dia."
"Terus, tujuan lo bilang kaya gitu ke gue apa?"
Rama menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia terkekeh dan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V (peace).
"Gak ada sih, Rel. Cuma kasih tahu aja ya gue. Soalnya lo gak lihat kejadian kemarin, karena lagi di toilet." Darel langsung membuang nafasnya pelan, kemudian dirinya melenggang pergi menuju kelasnya.
Menurut Darel omongan Rama sama sekali tak berfaedah. Dirinya merasa Rama hanya membuang waktunya saja untuk membicarakan anak baru itu. Terlebih ada sangkut pautnya dengan hubungannya pada Bernika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Owner (End)
Teen Fiction"Entah sudah berapa kali aku di bodohi, tapi tetap saja masih bertahan." ______ Darel Arfanda Migler. Hidup dengan penuh kebahagiaan, di mulai dari keluarga, sahabat, bahkan kekasihnya. Siapa yang tidak tahu Darel? Dia berpacaran dengan cewek popul...