Sudah ada dua minggu, sejak kejadian di mana Cerelia mendengar fakta mengejutkan itu, kini ia semakin tidak peduli dengan orang-orang yang ada di rumah. Tapi ia tetap menjalankan kewajiban seorang anak, menyapu dan mengepel lantai, mencuci wadah, membersihkan halaman rumah, atau juga merawat tanaman yang biasa Sintya lakukan.
Meskipun Cerelia tidak peduli dengan orang yang ada di dalam rumah tersebut, ia akan tetap menjadi anak yang berbakti. Meskipun tindakan yang ia lakukan juga tidak sepenuhnya benar. Tapi dirinya hanya ingin mengusir bayang-bayang menakutkan. Apalagi selama ini dirinya tersiksa dengan perilaku Citra terhadapnya.
Maka dari itu, Cerelia memilih untuk tetap melakukan kewajibannya dan bersikap tak acuh.
Karena ini hari sabtu, Cerelia bisa santai di rumah. Kebetulan juga ada kabar bahagia, bahwa Bram akan pulang siang ini. Sedari tadi yang dilakukan Cerelia ialah membersihkan setiap sudut rumah, bahkan ia juga memasak spesial untuk sang Papa tercinta.
Setiap gerakannya itu di pantau oleh Sintya, tapi ia tidak peduli. Bahkan saat Sintya menawarkan perlu bantuan, Cerelia hanya diam saja. Seharusnya tanpa perlu tawar menawar, kalau niat membantu ya silahkan langsung membantu. Tapi ini apa? Sintya memilih untuk pergi dari hadapan Cerelia dan keluar bersama teman-temannya.
Oh iya, kalian pasti penasaran, kenapa Sintya sudah bisa berjalan, kan?
Selama satu bulan penuh, dia selalu kontrol dan terapi berjalan. Pastinya dengan penanganan yang luar biasa baik. Selama itu pun, Sintya berjuang demi menyembuhkan kakinya. Akibat cidera saat itu, Sintya jadi terhambat untuk melakukan apapun. Citra dan Bram langsung berinisiatif untuk bisa menyembuhkan kaki Sintya kembali. Lantaran Sintya pun suka mengeluh, terlebih dirinya ingin bisa kuliah sebagaimana teman-temannya yang lain.
***
Darel berjalan menuju dapur, guna mengambil susu kotak yang ada di dalam kulkas. Ia juga tak lupa mengacak rambut Liovanda saat melewati meja makan.
"Ck, Kak Darel nyebelin banget, si." Liovanda berujar kesal seraya merapikan rambutnya yang cukup berantakan.
"Rel, sini sarapan!" ujar Kinanti pada Darel.
"Iya, Ma. Ini aku mau sarapan, kok." Kemudian Darel mendaratkan bokongnya di kursi samping Liovanda.
"Gimana kabar Cerelia?"
"Baik, Ma. Tapi ... ya gitu."
"Gitu gimana?"
"Semenjak dia tahu hal itu, semakin dingin sikapnya dengan orang rumah. Dia bertahan karena om Bram, bukan tante Citra atau pun Sintya."
"Jaga-jaga kalau dia sampai di usir, Papa akan kasih apartemen untuk dia tinggal. Karena Papa juga gak tega dengan seorang anak terlebih perempuan, diperlakukan dengan tidak layak." Fitho dengan gamblangnya berucap seperti itu pada Darel. Karena biar begitu, Fitho memang tipe Ayah yang penyayang. Segalak-galaknya Fitho, itu tidak sampai bermain fisik, begitu pun juga dengan Kinanti.
Bram dan Fitho itu satu tipe, mereka sama-sama tidak pernah bermain fisik pada anak-anaknya. Jadi kalau ada masalah pun, akan dibicarakan baik-baik.
Darel tersenyum kala mendengar perkataan Fitho yang mampu membuat dirinya bahagia.
"Makasih, Pa."
"Karena Papa tahu, bahwa Cerelia gadis baik-baik."
Seusai percakapan tersebut, Darel memilih untuk pamit menuju rumah Cerelia. Entah mengapa, ia begitu merindukannya. Padahal setiap hari ketika di sekolah, dirinya selalu bertemu. Namun yang namanya rindu, tak lekang oleh waktu bukan?
Membelah jalanan yang cukup padat pagi ini. Darel mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Meskipun hatinya sedikit gusar--- lantaran ingin cepat-cepat bertemu Cerelia--- tapi juga ia tak ingin nanti dimarah-marahi pengendara lain. Akibat mengendarai motor dengan laju kencang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's Owner (End)
Teen Fiction"Entah sudah berapa kali aku di bodohi, tapi tetap saja masih bertahan." ______ Darel Arfanda Migler. Hidup dengan penuh kebahagiaan, di mulai dari keluarga, sahabat, bahkan kekasihnya. Siapa yang tidak tahu Darel? Dia berpacaran dengan cewek popul...