Di sinilah sekarang Anindya berada. Rumah besar berlantai dua dengan gaya minimalis bernuansa putih. Rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama Narendra.
"Nih bawa sendiri koper lo!" ucap Narendra yang dapat membuyarkan lamunan Anindya.
Narendra lantas menyerahkan koper milik Anindya, sedangkan di tangannya masih ada koper besar miliknya sendiri. Entah kapan ia membawanya.
Perlahan Narendra dan Anindya masuk ke dalam rumah. Indah dan minimalis walau tak sebesar rumah lamanya tapi sungguh rumah ini besar.
"Gue gak mau ada pembantu di rumah ini, jadi lo yang urus semuanya," ucap Narendra enteng.
"Enak aja! Gue bukan pembantu lo!"
"Ya terserah kalo gak mau." Narendra lalu naik ke lantai dua tempat kamar mereka berada. Anindya hanya pasrah mengekor di belakang.
Ceklek..
Pintu kamar terbuka menampilkan kamar yang indah dengan gaya minimalis modern, sungguh membuat kamar ini menjadi lebih luas dari pada aslinya.
"Beresin baju gue," titah Narendra.
Anindya hanya menurut, malas sekali ia berdepat dengan manusia satu ini. Sepuluh menit berlalu koper Narendra sudah kosong, baju-baju sudah beralih tempat ke dalam lemari. Sekarang giliran koper miliknya sendiri.
"Jangan!" Narendra yang sedari tadi hanya sibuk dengan game online nya, kini bergerak karena melihat Anindya ingin memindahkan barangnya.
"Hah?"
"Ini kamar gue, kamar lo di sana, jadi jangan taroh baju lo di lemari gue."
"Pisah kamar nih? Terus apa kabar semalem dia mau seranjang ama gue? Gak papa juga sih, untung di gue malah," batin Anindya bersorak.
"Udah sono lu pergi! Huss!" ucap Narendra dengan sangat tidak sopannya.
Anindya hanya mendengus lalu keluar kamar dengan tangan menyeret koper miliknya.
"Kamar gue yang mana nih?!!" Teriak Anindya dari luar kamar kepada Narendra.
"Terserah pilih aja sendiri!!" Balas Narendra tak kalah lantang.
"kenapa jadi kayak di hutan teriak teriak begini?" gumam Anindya sambil menggelengkan kepalanya aneh.
"Dah lah mending masuk kamar, capek. Tapi yang mana yaa, ada tiga lagi. Mending yang ini Senin Selasa, yang sana Rabu Kamis, yang situ Jumat sampe minggu." batin Anindya.
"Gak gak, gak boleh maruk lah," ucap Anindya pelan sambil menggelengkan kepalanya.
"Yang ono aja lah." Pilihan Anindya jatuh pada kamar paling ujung.
Anindya bergegas masuk, lalu merapikan segala kebutuhan miliknya. Belum juga selesai dengan pekerjaannya sang bos besar sudah memanggilnya.
"Nindya!!" Teriak Narendra yang ternyata sudah ada di bawah.
"Apa?!!" Jawab Anindya sangat keras.
"Gue laper!!"
"Makan tinggal makan!!"
"Gak ada makanan!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA [END]
Teen FictionHidup menjadi anak tunggal dari keluarga yang berkecukupan tak menjamin kebahagiaan Anindya. Hidup dengan dihantui bayang bayang masa lalu yang membuat ia dibenci oleh kedua orang tuanya sendiri. Hingga pada suatu hari ia dijodohkan dengan anak kole...