Haii!!
Ada cerita gak buat hari ini?Happy reading!! 🤗
~~
Sampai di ujung pintu, mereka di kagetkan dengan tubuh gagah Narendra dengan raut wajah yang sulit di artikan dan jangan lupakan tatapan tajamnya.
Risky terkejut, sampai genggaman tangannya pada sang istri terlepas. Ia buru buru mengganti wajah kegetnya dengan tatapan datar. Lalu segera melenggang pergi tanpa memperdulikan menantunya.
Rania terus melangkah hingga sampai di depan Narendra. Menepuk bahu sang menantu pelan.
"Tolong sampaikan permintaan maaf dari mama papa. Mama pulang dulu, tolong jaga putri kecil mama." Ucap Rania pelan lalu pergi menyusul sang suami.
Narendra hanya mengangguk, ia masih syok dengan apa yang telah ia lihat. Narendra mengetahui semua percakapan mereka sedari tadi.
Narendra menatap sendu, tubuh mungil Anindya yang sedang bergetar, menumpahkan segala luka yang ia simpan.
Perlahan Narendra mendekat, meletakkan es krim pesanan Anindya di atas nakas. Lalu merengkuh tubuh Anindya yang sedang menangis menutupi wajahnya dengan telapak tangan.
"Naren?"
"Hussth! Nangis aja sampai kamu lega, aku selalu ada buat kamu." Tangis Anindya semakin pecah, setiap orang yang mendengarnya pasti tahu ada kesedihan yang mendalam.
Narendra semakin mengeratkan pelukannya, menaruh dagunya sendiri di puncak kepala Anindya.
Ia masih tak habis pikir dengan Risky yang dengan mudahnya meluruhkan air mata Anindya, padahal ia berusaha mati Matian untuk tidak membuat air mata Anindya terjatuh setetes pun.
Lima belas menit berlalu, tangis Anindya mulai mereda.
"Udah lega?" Anindya mengangguk tetapi masih sesenggukan.
"Bisa cerita sama aku, apa titik masalahnya?'' Anindya mengangguk lalu mulai bercerita.
*Flashback on
"Mama! Papa!" Gadis kecil dengan dress warna merah itu berlari menghampiri orangtuanya yang baru saja turun dari mobil.
"Hai putri papa, cantik banget sih. Mau kemana hm?" Tanya Risky yang sudah mengendong anak tersebut.
"Nindy pengen main ke taman pah, boleh ya pah." Pinta gadis kecil itu.
"Boleh dong sayang, tapi nanti ya. Papa sebentar lagi ada meeting. Kamu istirahat dulu sama mama ya sayang, nanti sore kita ke taman." Ucap Risky.
"Benelan pah?" Tanya gadis kecil itu berbinar. Walau umurnya sudah 4 tahun tapi gadis kecil itu masih kesusahan melafalkan huruf r.
"Beneran dong sayang."
"Sini sama mama dulu, papa mau kerja." Ucap Rania sambil merentangkan tangannya.
"Nindy berat sayang." Cegah Risky.
"Aku kuat mas, lagian juga udah lama aku gak gendong Nindy." Ucap wanita yang tengah hamil enam bulan tersebut.
"Yaudah ini." Ucap Risky lalu menyerahkan Anindya kecil ke tangan sang ibu.
"Papa kerja dulu ya, kalian hati hati."
Cup
Cup
Risky mengecup kening sang istri dilanjutkan dengan mengecup pipi gembul Anindya. Lalu melajukan mobilnya menuju kantor.
"Mama tuyuuun." Ucap Anindya meronta di gendongan sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA [END]
Teen FictionHidup menjadi anak tunggal dari keluarga yang berkecukupan tak menjamin kebahagiaan Anindya. Hidup dengan dihantui bayang bayang masa lalu yang membuat ia dibenci oleh kedua orang tuanya sendiri. Hingga pada suatu hari ia dijodohkan dengan anak kole...