Sang mentari telah terbit di ufuk timur, semburat warna jingga telah menghiasi langit. Hari yang paling dibenci kebanyakan manusia telah datang.
Gadis cantik berambut hitam sepinggang itu sudah sibuk, berkutat dengan banyaknya peralatan dapur. Walaupun menikah hanya karena perjodohan dan tanpa rasa cinta, tapi ia sadar ia harus menjadi istri yang baik, ia tak mau durhaka terhadap suaminya.
"Huft selesai. Nasi goreng spesial buatan Anindya sudah matang," ucap Anindya bangga akan masakannya. Tak spesial sebenarnya, hanya nasi goreng biasa dengan toping telur mata sapi di atasnya.
Anindya melirik jam yang tertempel di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Waktunya ia bersiap untuk berangkat sekolah.
"Mandi, mandi, mandi, aaaa," ucapnya riang menirukan suara kartun yang biasa ia tonton.
Anindya naik ke atas, saat ia ingin melangkah ke kamarnya, ia melewati kamar Narendra yang masih tertutup.
"Masih tidur kayaknya, nanti aja ah banguninnya, mandi dulu." Ia kembali melangkah kaki menuju kamar.
Anindya hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk bersiap. Sekarang Anindya telah rapi dengan seragam putih abu-abunya. Rambut digerai begitu saja dengan polesan sedikit bedak bayi dan lib bam, menambah kecantikan alaminya.
Ia pun bergegas turun, tapi saat melewati kamar Narendra yang masih tertutup ia memutuskan untuk membangunkannya terlebih dahulu. Dengan perlahan ia memegang handle pintu.
Ceklek..
Pintu terbuka menampilkan Narendra yang sudah seperti kepompong. Lucu sekali menurutnya.
Anindya melangkah perlahan mendekati Narendra yang masih setia pada pulau kapuknya.
"Ren bangun!!" Anindya menggoyangkan bahu sang suami.
"Lima menit lagi mii," ucap Narendra dengan suara serak khas bangun tidur.
"BANGUN UDAH JAM TUJUH!!" Teriak Anindya tepat di telinga Narendra.
Narendra yang kaget otomatis duduk dengan sendirinya. Sedangkan Anindya senyum penuh kemenangan.
"Ck! Apaan sih lo!" ucap Narendra ketika menyadari Anindya berada di dekatnya.
"Udah jam enam seperempat, mandi gih. Gue udah bikinin sarapan di bawah."
Narendra tak menggubris nya lalu melenggang begitu saja ke kamar mandi. Melihat itu Anindya segera bangkit dari kasur lalu menyiapkan baju untuk Narendra.
Setelah menyiapkan keperluan Narendra, Anindya lantas turun ke bawah untuk sarapan terlebih dahulu sembari menunggu Narendra bersiap.
"Sarapan dulu Ren," titah Anindya ketika melihat Narendra sudah turun kebawah.
"Gak minat," ucap Narendra ketus lalu pergi begitu saja.
"Ren, Ren tunggu!" ucap Anindya saat melihat Narendra sudah hampir menaiki motor sportnya.
"Apa?" Tanya Narendra masih dengan nada datar.
"Gue nebeng ya," pinta Anindya.
"Gak!"
"Tapi bentar lagi bel Ren."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA [END]
Teen FictionHidup menjadi anak tunggal dari keluarga yang berkecukupan tak menjamin kebahagiaan Anindya. Hidup dengan dihantui bayang bayang masa lalu yang membuat ia dibenci oleh kedua orang tuanya sendiri. Hingga pada suatu hari ia dijodohkan dengan anak kole...