|CHAPTER 4| CALON SUAMI

17.2K 870 0
                                    

"Kenapa Nin sepet amat tu muka?" tanya Elvira yang baru saja tiba di kelas.

"Belum sarapan?" tanya Elvira lagi yang membuat Anindya menggeleng.

"Terus kenapa Jumini! Cerita kek." Anindya hanya menghembuskan nafas panjangnya.

"Wih cakep amat tuh cincin, tumben om Risky ngasih lo cincin?" ucap Elvira yang menyadari cincin yang terpasang di jari Anindya.

"Viraaaa." Anindya merengek lalu menenggelamkan kepala dalam lipatan sikunya.

"Lo kenapa, ada masalah?" tanya Elvira pelan. Ia tau betul gelagat Anindya jika ia sudah seperti itu berarti ia punya masalah.

"Gue dijodohin Ra," ucap Anindya lirih.

"HA?!"

"Kebiasaan deh! Itu volumenya gak bisa di kecilin apa?" cibir Anindya.

"Hehe maap," balas Elvira sembari tersenyum Pepsodent.

"Dijodohin sama siapa?" tanyanya lagi. Anindya hanya diam.

"Ya Allah cerita kek Nin sama temen sendiri," ucap Elvira saat melihat Anindya tak mengucapkan sepatah kata pun.

"Gak, lo nanti koar-koar," balas Anindya.

"Enggak-enggak Nin, janji," ucap Elvira sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

"Yang bener?" tanya Anindya penuh selidik.

"Iyaaa. Jadi lo dijodohin sama siapa?"

"Naren," ucap Anindya tidak semangat.

"NA-" ucapan Elvira terpotong karena bekapan tangan Anindya.

"Tuh kan lo nya teriak-teriak," cibir Anindya.

"Hehe maap refleks. Jadi lo dijodohin sama Naren? Narendra yang kemarin lo tabrak itu kan?"

"Hm."

"Terus terus?" Oke. Sepertinya jiwa perkepoan Elvira bangkit.

"Nabrak!"

"Serius aelah Nin, terus gimana?"

"Gue nikah Minggu depan," jawab Anindya pelan.

"HAH! NI-" Mulut Elvira kembali dibekap tangan Anindya.

"Mulut lo gue jait lama-lama Ra," ancam Anindya.

"Hehe maap Nin. Kok bisa lo Minggu depan nikah sama dia?"

"Aaaaa gak tau Ra maless," rengek Anindya lalu kembali merebahkan kepalanya diatas lipatan tangan.

"Gue mau nolak perjodohan ini Raaa," sambungnya.

"Kenapa?"

"Gue gak mau nikah semuda ini. Gue masih mau mainn."

"Ya tinggal lo tolak aja gampang kan." Mendengar itu Anindya pun bangkit.

"Gak semudah itu Raa."

"Papa guee," sambung Anindya lirih.

ANINDYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang