Satu minggu telah berlalu, hari ini hari pertandingan basket di mulai. Para penonton sudah duduk rapi di bangku penonton.
Babak final di mulai. SMA Berlian vs SMA Rajawali. Waktu terus bergulir. Tak terasa peluit panjang telah berbunyi.
"JADI PEMENANG TURNAMEN BASKET TAHUN INI ADALAH..."
"SMA RAJAWALI!!" teriak MC menggema memenuhi lapangan.
Banyak siswa SMA Berlian yang mendesah kecewa. Tapi apalah daya pertandingan tetap pertandingan yang ada kalah dan menangnya.
Saat ini Anindya dan Elvira tengah menghampiri kekasih masing-masing.
"Minum Ren?"
"Gak usah!" Emosinya masih terasa, ia kecewa karena tak bisa menjadi juara satu turnamen tahun ini.
"Narendra! Sini!" Teriak coach Indra.
"Ya coach." Narendra lalu pergi menghampiri pelatihnya itu.
"Minum Fad." Kini Anindya berpindah memberikan minuman kepada Fadil.
"Thaks Nin," ucap Fadil setelah menerima air mineral tersebut lalu meneguknya hingga tersisa setengah.
"Tapi Nin, masak air bening mulu yang dikasih."
"Itu aja, sehat habis olahraga." Elak Anindya.
"Jus jambu kayaknya seger ya Nin." Fadil mengkode.
"Bilang aja mau dibeliin jus jambu," cibir Anindya.
"Hehe pinternya kawan ku," ucap Fadil sambil mengacak pelan rambut Anindya.
"Jangan diacak-acak ihh rambutnya," kesal Anindya.
"Iya-iya enggak, ini udah rapi lagi," ucap Fadil seraya merapikan kembali tatanan rambut Anindya.
"Sana beliin gue jus jambu, gue mau ganti baju dulu," titah Fadil.
"Uang?" Tangan Anindya terulur bak anak yang meminta uang pada ayahnya.
"Pake uang lo lah."
"Udah nyuruh, pake uang gue lagi, dasar cowok gak modal," cibir Anindya.
"Iya-iya nih," ucap Fadil sambil menyerahkan uang pas.
"Kok cuma segini." Anindya menekuk wajahnya.
"Emang cuma segitu kan harganya?"
"Lo gak ada niatan beliin gue gitu," ucap Anindya memelas.
"Enggak."
"Issh lo mah ngeselin." Anindya menabok lengan Fadil.
"Iya-iya ini beli yang banyak kalo mau," ucap Fadil sembari memberikan uang berwarna merah.
"Aaaaa makasih Fadil," ucap Anindya lalu lari ke kantin.
"Lucu banget sih lo Nin, kalo gak sadar lo bininya Naren udah gue karungin dari kemarin," gumam Fadil sambil tersenyum menatap punggung Anindya.
~~
Anindya berjalan menyusuri koridor, membawa dua gelas jus jambu pesanan Fadil tadi.
Tiba tiba..
Brukk..
Pyarr..
Jus jambunya tumpah mengenai baju laki-laki yang ia tabrak.
"Mau lo apa sih Nin?!!" Bentak Narendra.
Yap Narendra lah yang ia tabrak, ingatannya seperti berputar kembali saat ia menabrak Narendra dengan jus buah naga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA [END]
أدب المراهقينHidup menjadi anak tunggal dari keluarga yang berkecukupan tak menjamin kebahagiaan Anindya. Hidup dengan dihantui bayang bayang masa lalu yang membuat ia dibenci oleh kedua orang tuanya sendiri. Hingga pada suatu hari ia dijodohkan dengan anak kole...