Pagi ini Narendra dibangunkan oleh suara bel rumahnya, entah siapa yang bertamu sepagi ini.
Narendra perlahan turun dengan muka bantalnya dan rambut yang masih acak-acakan.
Pintu terbuka menampilkan wajah mami yang ditekuk.
"Astaghfirullah Naren kamu nyabu nak?" tanya mami asal-asalan.
"Astaghfirullah mi anak sendiri difitnah nyabu, ini Naren baru bangun tidur mii," jelas Narendra.
"Baru bangun tidur kamu bilang? Udah jam 11 ini Naren," ucap mami sambil melangkahkan kaki ke dalam rumah.
"Oh ya menantu mami mana?"
"Gak tau mi di kamarnya mungkin."
Memang Naren kemarin pulang larut malam, nongkrong di rumah Aska menonton berbie mumpung hari ini tanggal merah.
Jadi, ia tak tau pasti keadaan Anindya saat ini, yang ia tahu sepulang sekolah Anindya izin ke rumah papa, setelahnya Narendra tak tau pasti, karena ponselnya ia sengaja matikan dari kemarin.
"Apa kamu bilang? Kamarnya?" ucap mami dingin dengan sorot mata tajam.
Deg!
Mati, dia tadi keceplosan, bagaimana jika mami tau ia pisah kamar dengan Anindya. Mungkin akan dikuliti hidup-hidup.
"Jangan bilang kamu pisah kamar Naren?" tanya mami dengan nada dinginnya.
Narendra hanya diam, takut menatap sang mami.
"Jawab Narendra!" hardik mami.
"I-iya mi," jawab Narendra takut takut.
Plak..
Sebuah tamparan melesat ke pipi Narendra.
"SEJAK KAPAN?"
"SEJAK KAPAN MAMI TANYA?!!"
"Sejak awal pindah mi," jawab Narendra seadanya.
Pertahanan mami runtuh, mami menangis. Bagaimana bisa ia kecolongan seperti ini.
"Astaghfirullah haladzim Naren," ucap mami lirih.
"Sekarang di mana mantu mami, Naren?" Mami melangkahkan kaki ke atas.
Narendra hanya mengarahkan maminya dari belakang, hingga sampai pada kamar paling pojok. Perlahan mami mengetuk pintu kamar tersebut.
Tok tok tok
"Anindya ini mami nak."
Hening.
Tok tok tok
"Mami boleh masuk sayang." Tak ada sautan.
Mami memegang handle pintu kamar Anindya, perlahan mami membukanya.
Tak terkunci. Mami masuk perlahan diikuti Narendra dari belakang. Aroma parfum Anindya terasa kental di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA [END]
Teen FictionHidup menjadi anak tunggal dari keluarga yang berkecukupan tak menjamin kebahagiaan Anindya. Hidup dengan dihantui bayang bayang masa lalu yang membuat ia dibenci oleh kedua orang tuanya sendiri. Hingga pada suatu hari ia dijodohkan dengan anak kole...