|CHAPTER 21| GUE BUTUH DIA

19.9K 957 5
                                    

Haiii!!🤗

Apa kabar semuanya bestie?😚

Jangan lupa tinggalkan jejak

Happy reading!! 🤗

~~

Ceklek..

"Nindya?" tanya Narendra setengah sadar.

"Gue Fadil," ucap Fadil. Fadil tak menyangka perginya Anindya dapat berdampak sebesar ini untuk Narendra.

"Fad."

"Hm."

"Gue mohon bawa Nindya pulang, gue mohon," pinta Narendra.

"Buat apa gue bawa Nindy kesini lagi? Mau lo sakitin lagi?" sindir Fadil.

"Fad gue mohon Fad, gue nyesel, gue butuh dia, gue butuh Nindy Fad," ucap Narendra.

"Butuh buat jadi babu?"

"Enggak Fad. Gue udah sadar gue salah. Gue cinta sama Nindya. Tolong balikin Nindya ke gue Fad, gue mohon." Mohon Narendra dengan wajah memelas.

"Hm, gue usahain," jawab Fadil.

"Makasih Fad, makasih."

"Tapi kalo sekali aja lo sakitin Nindy lagi, gue pastiin lo habis di tangan gue." Ancam Fadil.

"Sekarang lo makan dulu nih," ucap Fadil menyodorkan bubur yang ada di meja.

Naren menggeleng. "Gue gak mau makan."

Fadil menghela nafasnya lelah. "Kalo Nindy ketemu lo dalam keadaan kayak gini, dia pasti sedih. Nih makan dikit aja," suruh Fadil.

Narendra pun pasrah lalu makan buburnya pelan. Namun hanya dua sendok yang masuk dalam perut Narendra.

"Yaudah ini langsung minum obatnya," titah Fadil, Naren lagi lagi menggeleng.

"Minum tau gue gak mau bujuk Nindy!" Paksa Fadil.

"Iya!" Akhirnya pun Narendra pasrah lalu meminum obatnya.

"Gue balik dulu, nanti gue usahain bilang ama Nindy," ucap Fadil.

"Thanks Fad."

"Hm."

Fadil lalu turun kebawah, sesampainya di ruang tamu ia melihat mami Desi yang sedang menangis.

"Tan?" ucap Fadil pelan.

"Tante gak usah nangis ya, nanti Fadil usahain ngomong sama Nindy."

"Makasih Fad, udah jaga mantu Tante, bilang maaf juga buat dia."

"Pasti Tan. Kalo gitu Fadil pulang dulu ya tan. Naren udah makan sama udah minum obat," ucap Fadil.

"Makasih Fad. Maaf ngerepotin."

"Iya tan gak papa."

Fadil lalu bergegas pergi, tujuannya kali ini adalah apartemennya.

Sesampainya di depan apartemen Fadil dengan cepat memencet bel, tak lama setelahnya Anindya membukakan pintu dengan baju khas rumahnya.

"Eh Fadil. Tumben sore sore dateng, ada apa?" tanya Anindya.

"Boleh kita masuk dulu, ada yang mau gue omongin," ucap Fadil.

"Eh masuk aja Fad."

"Gue buatin minum bentar ya," ucap Anindya setelah Fadil duduk di sofa ruang tamu. Fadil hanya mengangguk.

Anindya langsung ke dapur guna menyiapkan minum untuk Fadil. Tak lama Anindya datang dengan segelas air di tangannya.

"Nih Fad." Anindya meletakkan segelas minuman yang ia buat.

"Thanks Nin," ucap Fadil lalu meneguk minumannya sedikit.

"Mau ngomong apa, kelihatannya penting banget?" tanya Anindya.

"Lo mau sampai kapan disini?" tanya Fadil halus. Anindya hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Bukan, bukan maksudnya gue ngusir. Tapi lo punya rumah Nin. Lo punya Naren, dia butuh elo."

Anindya semakin bingung arah obrolan mereka kemana.

"Gue tadi ke rumah kalian karena di telepon tante Desi."

"Di telepon mami?" Fadil mengangguk.

"Naren hancur tanpa lo di hidupnya Nin," jelas Fadil.

"Tapi Fad, dia sendiri yang mau gue pergi."

"Itu dulu Anindya. Mungkin dulu dia memang belum bisa menerima perjodohan kalian berdua. Tapi sekarang dia udah cinta sama lo," jelas Fadil.

"Cinta?" Anindya tersenyum miris.

"Gue gak pernah dilirik sedikit pun Fad. Apa  itu namanya cinta?" sambung Anindya.

"Gue gak nuntut apa pun Fad. Gue cuma mau dihargai, gue cuma mau dianggep ada. Tapi dia gak pernah nganggep gue Fad."

"Gue capek. Gue capek dia selalu milih Monic bahkan di depan gue."

"Gue capek harus terus nutupin setiap luka yang dia kasih Fad." Anindya mulai menangis.

Melihat Anindya menangis, Fadil merengkuh tubuh ringkih Anindya.

"Gue capek Fad," racaunya sambil memukuli dada bidang Fadil.

"Nangis aja kalau itu buat lo lega Nin." Tangan Fadil mulai mengelus lembut punggung Anindya.

"Gue tau lo cinta sama Naren. Mata lo memancarkan itu Nin."

"Gue tau selama di sini lo juga sedih."

"Naren pun begitu Anindya, dia sedih gak ada lo, dia kehilangan lo."

"Lo tau dia lagi sakit sekarang. Bahkan didalam tidurnya Naren nyebut nama lo."

"Dia bahkan nangis nangis minta lo buat balik."

"Lo jangan khawatir, Naren gak akan berbuat kayak dulu lagi, dia udah nyesel Nin."

"Kalo dia berbuat lagi, gue gak akan tinggal diam. Percaya ama gue? Gue selalu ada buat lo Nin. Lo pasti kuat. Kejar cinta lo, pasti gue dukung," ucap Fadil sembari tersenyum untuk meyakinkan Anindya.

"Tapi tetap keputusan ada di tangan lo."

"Thanks Fad, lo baik bangett," ucap Anindya kembali menubruk tubuh gagah Fadil.

"Apa pun yang buat lo bahagia pasti gue lakuin Nin, apa pun. Bahkan jika itu melepaskan mu untuk orang lain, gue rela." batin Fadil.

Tak lama pelukan pun terlepas.

"Tapi gue gak bisa balik gitu aja Fad. Gue perlu waktu. Bolehkan gue pikirin hal ini dulu."

"Iya lo pikirin dulu masalah ini, keputusan tetap ditangan lo," ucap Fadil meyakinkan.





.
.
.
Hayo tebak gimana kelanjutannya?

Akankah Anindya kembali kepada Naren, atau tetap pada Fadil?

Kalian team siapa nih?

Nindy >< Naren

Nindy >< Fadil

See you next part!! 🤗

Rabu, 13 Oktober 2021.

ANINDYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang