|CHAPTER 22| KEMBALI

21K 982 12
                                    

Haii!!🤗
Pa kabar nih bestai ku semuanyahh??

Bab ini lebih panjang dari bab sebelumnya! Sungkem dulu sungkem 🛐

Happy reading!!🤗

~~

Ceklek..

Pintu kamar Anindya yang masih ditempati Narendra terbuka, menampilkan Narendra yang sedang bergelut dengan selimut.

Orang tersebut menutup pintu kembali lalu berjalan mendekati kasur. Duduk di pinggir kasur lalu mengelus pelan dahi Narendra. Hangat, itu yang ia rasakan.

"Aku tinggal bentar aja, kayak gini kamu Ren," gumam orang itu.

Merasakan ada sesuatu yang menyentuh dahi dan rambutnya Narendra pun terusik.

"Euhh." Perlahan Narendra pun membuka matanya.

Narendra terlampau senang, gadis yang selama ini ia cari ada di depannya dengan senyum hangat yang menghiasi wajahnya.

"Nindya?"

"Hai," jawab Anindya dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.

Setelah semalaman Anindya mempertimbangkan keputusannya, akhirnya Anindya berada di sini. Ia memutuskan untuk kembali bersama Narendra untuk mengejar cintanya.

Narendra dengan raut bahagianya langsung memeluk tubuh Anindya erat.

"Nindya aku minta maaf, aku minta maaf." Hanya kata maaf yang mampu ia ucapkan saat ini.

"It's okey," ucap Anindya sembari mengusap pelan punggung Narendra.

"Makasih udah mau kembali." Narendra melepas pelukan mereka berdua.

"Ini beneran kamu kan?" ucap Narendra masih tak percaya.

"Iya lah."

"Aku ganggu tidur kamu ya? Ya udah tidur lagi gih," titah Anindya.

"Sini tidur sama aku."

"Enggak, aku mau masak dulu buat kamu." Narendra menggeleng.

"Sini." Narendra menggeret tangan Anindya hingga tubuh Anindya terjatuh di pelukannya.

"Aku gak mau makan, aku cuma mau sama kamu," ucap Narendra tepat di telinga Anindya yang membuatnya meremang.

Anindya berusaha menormalkan detak jantungnya, berada sedekat ini dengan Narendra membuatnya panas dingin, apa lagi hembusan nafas Narendra yang menerpa lehernya.

Merasa tak nyaman Anindya mengubah posisinya menjadi setengah duduk, dengan Narendra yang masih setia memeluknya.

Anindya dengan sabar mengelus kepala Narendra yang berada di atas dadanya. Nyaman, satu hal yang baru saja Narendra sadari. Ia lalu mebenamkan wajahnya pada dada Anindya.

"Cepet sembuh Naren," ucap Anindya sambil mengecup dahi hangat sang suami.

Merasakan hembusan nafas teratur dari Narendra, Anindya mencoba melepaskan diri, tapi Narendra malah memeluknya lebih erat.

Setelah hampir setengah jam akhirnya Anindya terbebas dari pelukan makhluk satu ini.

Anindya bergegas turun, lalu ke dapur untuk memasak sub untuk Narendra.

"Naren gimana nak?" tanya mami yang berada di lantai bawah.

"Naren udah tidur lagi mi," jawab Anindya.

"Makasih ya nak, udah mau ngurusin Naren. Mami juga minta maaf atas kelakuan Naren sama kamu nak."

"Iya mi gapapa. Kalo gitu Nindy mau ke dapur dulu ya mi."

ANINDYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang