Noren: Evil Side

932 58 10
                                    

Ft. Jaemhyuck

Lupa nulis.




"Nanaaa."

"Aihhh aku membenci ini." Jaemin menggerutu kesal lalu menarik pinggang Haechan dan memeluknya. Dia harus belajar menghapalkan letak letak makhluk mitologi dan bagaimana legenda mereka. Ulangan hapalan.

"Ini mudah kok." Haechan menunjuk buku di depan Jaemin. "Kamu mau membantuku, baby?"

Haechan melepas pelukan pacarnya lalu mendudukkan dirinya di kasur. Sialan dia menjadi bar bar selama 4 hari bersama Jaemin.

Haechan melepas satu per satu kancing yang ia pakai. Bajunya Jaemin tentu saja. "Nana anggap aja ini Legenda punya Skotlandia." Haechan menunjuk bibirnya.

"Ini legenda Jerman..." Meraba lehernya. Semua bagian tubuh itu ada hubungannya dengan legenda yang Jaemin pelajari. Skotlandia terkenal dengan monster berbulu tebal. Sama seperti bibir haechan yang tebal dan seksi.

"Ini punya... Timur." Haechan memegang dadanya sambil sedikit mendesah demi menggoda Jaemin.

"Ini mitos China." Kali ini dada satunya.

"Baiklah baiklah aku paham. Tidak perlu melakukan itu." Jaemin memakaikan lagi baju Haechan. "Dasar anak nakal." Haechan tersenyum gembira. "Nana... Kenapa nana ga minta aku nandain nana? Itu injun udah tau."

"Tau dari mana kamu hm?" Jaemin menatap haechan. "Tauuuu. Tapi kenapa Jaemin ga mau?"

"Untuk apa? Kita sudah terikat. Jadi menurutku tidak perlu lagi. Tapi kalo kamu mau, aku bisa melakukannya."

"Nana ga marah?" Jaemin menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa marah padamu. Ayo lakukan sekarang. Lebih cepat lebih baik."

Haechan tersenyum. Merangkak ke atas tubuh Jaemin yang tengah berbaring. Membungkuk, menjilat permukaan leher Jaemin. Tempat dimana dia mau menandai dominannya. Jaemin dari atas sana tersenyum melihat pemandangan. Tangannya bergerak mengelus pantat Haechan karena gemas.

"Ssssshh." Reflek, Jaemin meremas pinggang Haechan. Sepertinya di cantik ini memang mengincar darahnya sejak lama.

"Haechan ah..." Peringat Jaemin. Haechan melepas gigitannya lalu kembali menjilat bekasnya. Dia bangkit, menatap Jaemin. "Enak." Katanya singkat.

"Tentu saja enak." Jaemin membalas. Anehnya, Haechan kira Jaemin akan tertidur. Tapi dia tetap baik baik saja. Jadi Haechan agak bingung apa yang harus dia lakukan pada Jaemin.

Kan misalnya Jaemin pingsan, Haechan tau apa yang terjadi selanjutnya. Tapi jika seperti ini?

*
*
*
*
*

Menunggu kekasihnya terbangun, Jeno dengan tenang menunggu. Oh, Renjun sudah bangun.

"Sssss- ahh.." Tangan lentiknya bergerak mengusap tenggorokannya yang terasa tercekat. "Welcome baby." Suara seseorang membuat renjun menoleh. Melihat pria tampan duduk di sebuah kursi. Saat itu pikirannya tidak begitu jernih jadi renjun hanya berdiri lalu berlari ke arah Jeno.

"Aku peringatkan, darah vampir rasanya tidak seenak darah binatang ataupun manusia."

"Tutup mulutmu." Matanya berkilat marah. Jeno tertawa pelan, begitu lucu renjun di matanya bahkan di saat seperti ini. Renjun yang bersiap menggigit lehernya. Sungguh, Jeno lupa rasanya. Sudah cukup lama semenjak dia terakhir kali digigit. Tapi dia yakin rasanya begitu sakit.

Panas, perih, dan seperti energi menghilang begitu saja dari tubuh kita. Well, itu saat dia menjadi manusia. Dia vampir sekarang. Apa bisa lebih buruk?

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang