Noren: Marriage

757 71 0
                                    

"Jeno! Kamu menghabiskan semua uang kita? A-apa kamu sudah gila? Kamu tidak bisa melakukan ini!"

Jeno hanya tersenyum cerah. Meletakkan barang bawaannya di meja. Memeluk renjun yang masih dalam keterkejutannya. "Apa-apaan ini... Masih- masih bisa dikembalikan. Jangan seperti ini, jen. Kita butuh uang. Kumohon.."

Mata istrinya mulai berkaca-kaca. Renjun setengah mati mencoba menghemat segalanya, dan mendadak Jeno menjadi seperti ini? Butuh waktu agar Renjun bisa memahami apa pikiran suaminya ini.

Jika Jeno memang menyayangi renjun, artinya Jeno tau bahwa uang adalah hal yang sulit di dapat. renjun pikir Jeno akan mencari uang, tidak menghabiskan semuanya untuknya seperti ini.

"Aku menyayangimu, injun ah." Ujar Jeno sambil mengusap punggung Renjun yang bergetar. "Aku sangat menyayangimu. Aku tidak mau kehilangan kebersamaan ini hanya karena aku harus mencari uang."

"Uang memang sesuatu yang kita perlukan saat ini, tetapi bukankah kita akan lebih baik jika kembali saling menyayangi seperti dulu?"

"Ta-tapi aku menyayangimu.. Aku menyayangimu, jen. Kumohon kembalikan semuanya..." Lirih Renjun mencoba melepaskan pelukan Jeno tapi gagal dengan mudahnya.

"Kamu sangat kurus," Tangan Jeno mengusap bahu renjun yang tinggal tulang, lalu ke perutnya yang juga sangat rata. "Aku baru sadar kamu tidak pernah makan selama ini, jadi aku mencoba menebus kesalahanku. Makanlah, sayang. Tidak ada yang lebih penting di dunia ini dibandikan senyumanmu."

"Jangan pikirkan omongan orang lain. Hidup kita hanya berisi kita. Aku dan kamu. Maaf ya, kali ini kita hadapi bersama sama."

Jeno menghembuskan napasnya kemudian, memeluk renjun yang terisak makin kuat dalam dekapannya.

*
*
*
*
*

Sungguh sebenernya Jeno benar. Dirinya sendiri butuh makan, dan rasanya. Ayam goreng ini, rasanya seperti bertahun-tahun.

"Enak, sayang? Habiskan saja." Ujar Jeno santai sambil memakan jajanan kesukannya, keripik.

"Habis ini kita mau kemana ya? Cuma di rumah? Nanti ga seru. Mau jalan-jalan kemana, injun ah?"

Renjun hanya menggelengkan kepala, mulutnya penuh dengan makanan yang terus dia paksa masuk ke dalam sana. Sudah tau mulutnya tidak besar.

"Baby, kamu bisa mati nanti kalo makannya kaya gitu. Pelan-pelan aja ah." Dengan sigap dominant itu mengambilkan air minum untuk submissive nya. "Dasar. Sudah kuduga kamu menyukainya." Jeno bergerak mengusap rambut renjun nya yang hampir selesai makan.

Dia sangat mau melihat pipi renjun lagi. Yang berisi. Tidak masalah jika sesekali dia membuat renjun senang. Jangan hanya renjun yang membuatnya selalu senang.

"Di rumah saja? Hmm... Baiklah. Aku tidak masalah." Ucapan Jeno dari tadi di diamkan renjun. Renjun hanya mendengarkan, tidak peduli mau dimana mereka berada, mereka akan selalu bersama kan?

"Injun ah, setelah ini kamu istirahat saja. Aku akan membereskan rumah."

Sontak dahinya berkerut, renjun menggeleng. "Tidur bersamaku saja. Aku yang akan membereskan rumah nanti, jen. Kamu juga seharusnya istirahat."

Jeno mengembangkan senyumannya, "baiklah ayo tidur sekarangg. Aku kan merindukanmu." Ajaknya, dia menempelkan kepalanya di meja. Mencoba berwajah imut agar renjun mau tidur dengannya.

"Hmmm, ayo sekarang." Renjun terlihat tak banyak bicara, tetapi langsung menyeret Jeno ke dalam kamar.

Dengan senang hati Jeno memeluk pinggang renjun. Perut yang tadinya sangat rata lumayan sudah berisi sekarang. "Aku kenyang..." Ujar Renjun pelan.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang