Noren: Marriage

897 68 2
                                    

Hari-hari dilalui oleh mereka. Agak menyesal karena Renjun tidak meminta sex pada Jeno dari awal. Rupanya segera setelah kejadian itu, mereka malah lebih akrab.

Mungkin karena sudah menyatu.

"Hm? Ke-kenapa jen?"

Jeno tersenyum. Merapatkan pelukannya pada pinggang renjun yang tengah membelakanginya. Menikah sudah berapa bulan, tetapi renjun masih salah tingkah jika Jeno mengejutkannya.

"Cuci piringmu sudah selesai. Tidak mau menemaniku, hm?"

Diam selama beberapa saat. Sampai jeno kembali tertawa karena merasakan tubuh Renjun yang bergetar.

"Mau sampai kapan ini terjadi sihh? Injunn, kamu sangat lucu-" Dengan cepat tangannya membalikkan tubuh mungil itu, lalu mencium bibirnya tanpa permisi.

"Emhhh- hahh..."

Seberapa kotor penampilan Jeno setelah bekerja, ciuman dan keahliannya tidak akan pernah dikalahkan siapa pun.

"Aaakhhh!" Si cantik memekik kencang, menyingkirkan tangan Jeno dari bokongnya walau tidak bisa. Sangat percuma.

Masih penuh dengan kekuatan yang besar, Jeno tak berhenti meremas bokong seksi istrinya itu. Renjun mulai kembali mendesah secara putus putus. Tak bisa bernapas dengan benar.

"J-jennhh hnghhh... L-lepas aaahh... Kumohon."

"Babe, aku sangat suka ketika kamu memohon seperti ini eoh?" Dominan itu berhenti menggoda submissivenya.

Tersenyum lembut. Tetap memeluk pinggang si cantik. Yang tengah sibuk mengambil napasnya.

"Ayo temani aku tidur."

"Iya jen... Aku selalu menemanimu tidur, bukan?"

*
*
*
*
*

Saatnya pergi ke pasar. Hak yang tidak renjun sukai sebenarnya. Tapi ya, demi Jeno.

"Jalan lihat lihat, setan!" Teriak salah satu gadis.

Tebak.
Mendadak ada banyak gadis di kampung ini. Mereka berusaha merebut hati Jeno. Ini membuat renjun kesal, tau.

Tentunya dengan sengaja Jeno membuat renjun cemburu tapi tidak lama karena rasa cemburu itu akan hilang berkat permainan sex suaminya sendiri.

"Telur yang aku beli pecah semua." Gumam renjun pelan. Gadis itu berdiri di tempatnya, menaruh tangan di pinggang.

"Kau menyalahkan ku? Ini bukan salahku. Salahmu sendiri yang menabrak tadi. Jadi ini salah siapa?"

"Jawab!"

Benar, mengundang perhatian. Tapi tidak ada yang peduli.

"Maaf." Renjun hanya mengucapkan itu, lalu pulang.

Ada banyak rintangan lain seperti yang sengaja membicarakan Renjun di depan renjun sendiri, menyakiti hatinya. Terutama saat mereka membahas anak.

"Sayang!"

Jeno berlari, menutupi dahi renjun yang hampir menabrak sebuah pohon. "Sayang, kamu melamun?" Pertanyaan Jeno membuat Renjun mengerjap bingung.

Mengelap keringatnya yang mengalir deras di dahi serta lehernya. Siapa pun, terutama gadis gadis yang mengincar perceraian mereka.

"A-aku melamun?"

"Ya mana aku tauu." Jeno tertawa pelan. Menarik pipi Renjun sebagai pelampiasan rasa gemas, tapi memakai giginya.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang