Chapter 06

211 44 47
                                    

H A P P Y  R E A D I N G!!!

Gimana sama covernya? Lucu nggak?

Jehan menyesal karena menyetujui permintaan adik gilanya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jehan menyesal karena menyetujui permintaan adik gilanya itu. Kalau dia tahu bakal seperti ini, mungkin pria itu lebih memilih untuk tidur saja di rumah calon mertuanya itu dari pada mengikuti permintaan adiknya. Dan, gadis yang dipilihkan orangtuanya itu, sama halnya dengan Shaziya.

Sama - sama bikin repot!

Jehan memandang kearah Shaziya yang telah akrab dengan sahabat Vani. Sedangkan dirinya, membawa beberapa barang yang telah ketiga gadis itu beli. Dan tentu saja, Jehan yang membayar itu semua.

Ya, meskipun Binar selalu menawar untuk tidak membayarkan barangnya. Namun, calon istrinya itu menyuruh sahabatnya untuk diam saja dan menyuruh Binar untuk mencari barang yang diperlukan lagi.

Gila 'kan? Belum jadi istri saja sudah seboros ini? Lalu apa kabar nanti kalau mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri?

Bisa gila Jehan kalau seperti ini. Ya, walaupun kekayaan Jehan tidak membuatnya bangkrut dan jatuh miskin. Tapi sama saja, hal itu merupakan pemborosan.

"Abang, Ziya mau beli ponsel baru lagi ..." gumam Shaziya sambil menatap Jehan dengan pandangan yang memelas.

Kedua mata Jehan melotot. "Beli lagi?" gadis itu menganggukkan kepalanya. "Ya ampun Ziya! Itu ponsel kamu masih bagus. Mau ponsel yang bagaimana lagi, sih?" jengkel Jehan.

"Ziya bosen sama ponselnya. Ziya pengen beli ponsel yang ada bobanya. Nggak mau tahu, harus beli!" 

Jehan memijit pangkal hidungnya. Pria itu tidak habis pikir dengan sikap bosen adiknya itu. Beberapa bulan yang lalu, gadis itu meminta ganti ponsel dan sekarang ingin ponsel yang baru.

"Oke, Abang beliin. Tapi, itu permintaan terakhir yang bakalan abang turutin. Bagaimana, mau?" 

Shaziya terdiam dibuatnya. Gadis itu tampak sedang berpikir dengan keputusannya.

"Kok, mainnya ancaman sih!" Sewot Shaziya.

Binar yang melihat itu berbisik sesuatu kepada Vani. "Van, enak bener jadi Ziya. Lagi bosen aja, mintanya, iphone boba." Bisik Binar yang takjub dengan permintaan Shaziya.

"Kan, ponsel yang sekarang juga masih bagus ya? Lah, aku? Ponsel series A32 aja bersyukur banget. Ya, walaupun ada rasa bosan juga." Tambah Binar.

Vani menggelengkan kepalanya. "Suttt .... udah, jangan bisik-bisik lagi. Nanti kedengeran sama dia, mampus kamu!" Kata Vani sambil menjauhkan tubuh Binar.

"Ziya, ayo makan. Katanya kamu lapar?" Kata Vani sambil menarik pelan Ziya.

Shaziya yang sedang menatap Jehan, menoleh dan menatapnya dengan riang. "Ah, iya. Ziya lupa! Ayo kak,"

Hai Mr. J (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang