Chapter 23

174 32 7
                                    

Kalau kalian menemukan Typo, tolong kasih tahu aku ya!

Kalau kalian menemukan Typo, tolong kasih tahu aku ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shaziya menatap Kakak iparnya dengan bingung. Sedari tadi kepalanya sungguh pusing melihat Vani yang sedari tadi mondar-mandir tidak jelas di depan TV. Beberapa kali helaan kasar terdengar oleh telinga Ziya. Dan, beberapa kali juga Ziya menguap.

"Kak..., berhentilah. Duduk bersamaku di sini," kata Ziya.

Vani menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak bisa, Ziya. Aku sungguh resah dan gelisah." kata Vani.

Ziya mengembuskan napasnya pelan. "Kak, aku lihatnya itu pusing, ditambah Kakak sedari tadi mondar-mandir gak jelas." ujar Ziya dengan jujur.

Vani menghentikan langkahnya. Tiba-tiba, kedua tangannya mencengkram ujung bajunya. Kepalanya ia tundukkan.

Ziya yang melihat reaksi Kakak iparnya, sontak menegakkan duduknya. Dia mengigit kecil bibirnya. "Kakak?"

"Hmm,"

"Kakak, kenapa?"

Vani mendongkak dan menatap Ziya. "Gapapa,"

Ziya menghela napas. Dia salah bicara kayaknya!

Vani langsung melangkahkan kakinya menuju sofa dan duduk di samping Ziya. Wajahnya kini menjadi sendu dan murung. Hal itu membuat Ziya merasa bersalah.

"Kak," Ziya mencoba meraih tangan kakak iparnya

"Ziya...," gumam Vani.

Ziya tidak menjawab. Gadis itu diam untuk menunggu lanjutan bicara Vani kepadanya.

"Ceritakan tentang wanita masa lalu, Jehan. Aku tahu kamu pasti tahu sesuatu." Vani menatap Ziya dengan tatapan yang memohon. "Siapa, Abel?"

"Abel?" Vani mengangguk.

Rupanya, Kak Vani tahu Abel?

"Kakak kapan bertemu dengan Kak Abel?" tanya Ziya serius.

"Kemarin siang," jujur Vani.

Sebelum bercerita, Ziya menyuruh Vani untuk duduk di sampingnya. Kemudian memejamkan kedua matanya sebentar. Melihat itu, Vani mengerutkan keningnya.

"Kau tak apa? Kalau berat buat bercerita, jangan saja." kata Vani yang sedikit panik.

Ziya mengerjapkan kedua matanya, lalu menggeleng pelan. "Ziya, tak apa, Kak. Aku akan bercerita."

Jehan menghampiri Ziya dengan wajah yang cerah dan senyuman manisnya terbit di wajah tampannya. Ziya yang sedang makan puding sambil menonton sebuah drama, mengernyitkan kala melihat wajah ceria Kakaknya itu.

"Kenapa, Bang?" tanya Ziya sambil mengunyah puding.

Jehan tidak menjawab. Pria itu duduk di samping Ziya dan mengecup pipi Ziya secara tiba-tiba.

Hai Mr. J (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang