Kalau kalian menemukan Typo, tolong kasih tahu aku ya!
Seluruh chapter belum di revisi ya! Jadi maklumi kalau banyak yang typo atau kalimatnya sedikit agak membingungkan.
Semenjak kepergian Jehan, Vani lebih memilih untuk tinggal di Bandung. Sedangkan untuk masalah kuliah, ia sudah wisuda. Sahabat terbaiknya Binar sempat untuk mengajaknya mencari kerja, tetapi ia ingat kalau dirinya itu sudah menikah bukan single lagi dan menolaknya. Lagian ia tidak kerja juga uang mah mengalir dengan lancar ke kartu atm miliknya. Siapa lagi kalau bukan dari sang suami tercinta.
Dan semenjak itu pun, kebiasaan Vani yang lama kembali datang ; Rebahan.
Maya sang Bunda yang melihat itu hanya bisa mengembuskan napasnya kasar. "Hadeuh...punya anak gadis malesnya minta ampun ..." sindir Maya sambil mengisi beberapa cemilan ke toples yang kosong.
Vani yang sedang menonton Drama di sofa sambil rebahan itu melirik malas, kemudian berucap, "Lagian udah nggak gadis lagi, Mih. Udah nikah juga, heran deh." Kata Vani dengan malas.
"Loh, kok ada yang nyahut ya?"
Vani yang kesal sontak saja menggantu posisinya. "Udah tua masih aja nyinyir anaknya, gak malu sama umur apa?" lalu ia berdiri dan berjalan meninggalkan Maya yang masih terkejut akan jawaban dari anak bungsunya itu.
"Anak kurang aja, anak durhaka sama emaknya. Hadeuh, dosa apa ya yang dulu Mamih perbuat sampai punya anak modelan kaya Vani?" gumam Maya sambil menggelengkan kepalanya. Mih, capek ya punya anak kaya Vani?
Vani yang belum meninggalkan terlalu jauh, masih mendengar itu semua akan tetapi ia biarkan saja. Wanita itu melanjutkan kembali berjalannya menuju taman belakang rumahnya. Sebelum menonton drama, Vani sempat duduk santai di balkon kamarnya. Karena cuacanya agak mendung dan pikirnya sangat cocok untuk duduk santai di taman.
"Wih, ada yang baru nih." Kata Vani sambil menatap ke sekelilingnya. Ternyata banyak yang berubah dan ada tanaman bunga yang baru.
Langkah kakinya berjalan menghampiri kursi yang berada di bawah pohon. "Sejuh banget sih, beda banget sama di Jakarta. Sumpek, macet, panas." Ujarnya lirih. Tiba-tiba....
"Kok kangen sama Jehan ya?" celetuk Vani yang sudah duduk di kursi tersebut. Angin berhembus pelan hingga menyapa mukanya. Kedua matanya terpejam saat angin itu menyapa dan sedikit menerbangkan anak rambutnya.
"Baru saja ditinggal satu bulan udah kangen berat. Gimana kalau Jehan pergi satu tahun ya?" Vani mengerjapkan matanya, lalu mendongkak untuk menatap langit yang sedikit mendung. "Bakalan rindu setengah mati kali ya." Lanjutnya.
Beberapa menit wanita itu terdiam. "Bosen banget sih. Di rumah enggak ada dua bocil lagi, nggak ada teman main. Di Jakarta, ayah bunda sama sibuk. Shaziya kuliah. Di Bandung? Sama saja." Keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Mr. J (Completed) ✔
Fanfiction"Aku tidak percaya dengan namanya cinta pada pandangan pertama. Kalau benar adanya, berarti dia ada kemungkinan untuk jatuh cinta dengan yang lain." -Mr. J- Seorang pria yang sudah mapan bernama Jehan Wijaya. Seorang pewaris tunggal yang kini menjab...