Chapter 19

209 34 20
                                    

Kalau kalian menemukan Typo, tolong kasih tahu aku ya!

Di kamar gedung pernikahan, terdapat sepasang suami istri yang baru saja resmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kamar gedung pernikahan, terdapat sepasang suami istri yang baru saja resmi. Terduduk bersama di ranjang pengantin dengan canggung. Ini bukan pertama kali mereka satu kamar, namun, karena sekarang mereka telah sah menjadi suami istri. Suasananya pun sudah berbeda.

Jehan yang tidak tahan dengan keterdiaman dan kecangguangan ini. "Vani," panggil pria itu dengan pelan.

Vani yang sedang bermain ponsel pun, sontak menatap kearah suaminya. "Kenapa?"

Jehan mengambil ponsel milik istrinya itu. "Sana, mandi."

Vani mengangguk. Perempuan itu lebih menuruti perintah suaminya. Lagian tubuh dirinya sudah merasa letih dan lengket.

"Je, tolong, tangan aku susah meraih resletingnya."

Jehan yang melihat istrinya kesusahan, lantas menyimpan ponsel dan menghampiri istrinya. "Sini, aku bantuin."

"Je, aku mau tinggal di sini sekitar satu minggu dulu. Setelah itu, aku akan ikut kamu ke Jakarta. Boleh?" tanya Vani tanpa menatap Jehan yang berada di belakang.

Jehan berdehem pelan. Tangannya sibuk membuka resleting gaun yang susah. "Van, ini kayaknya rusak deh. Susah banget."

Vani mengerutkan keningnya. "Masa sih?"

"Iya. Tapi, aku coba lagi. Coba rambutnya di kedepanin."

Vani membawa rambutnya ke depan agar tidak menghalangi Jehan. "Je, kau, cuti berapa lama?"

"Semaunya aku." Balas Jehan dengan singkat.

Vani mendengkus. "Iya, tau. Kamu kan bosnya."

Setelah beberapa menit, Jehan akhirnya berhasil membantu istrinya untuk membuka resleting tersebut.

"Sudah," kata Jehan. Pria itu berjalan satu langkah untuk semakin dekat dengan tubuh Vani. Tangannya memeluk mesra tubuh istrinya itu.

Vani yang mendapat pelukan secara mendadak langsung menengang seketika. Otaknya tiba-tiba tidak bekerja.

"Vani," bisik Jehan dengan lirih. Jehan menyimpan kepalanya di ceruk leher Vani. Nyaman. Sangat nyaman!

"Je, lepaskan. Aku mau mandi," Vani berusaha melepaskan pelukan tersebut.

"Kamu wangi." Jehan sedikit mencium daun telinganya yang membuat Vani sedikit kaget.

"Je, tolong jangan begini. Aku mau mandi."

"Ngapain mandi, kalau nanti aja bakalan mandi lagi." Jehan mengecup pipi Vani sebentar, lalu mengecup leher Vani beberapa kali.

"Jehan ..."

Jehan yang merasakan istrinya menegang, lantas melepaskan pelukannya dan merubah posisi menjadi saling berhadapan.

"Ya sudah, sana kamu mandi."

Hai Mr. J (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang