Chapter 25

185 31 9
                                    

Kalau kalian menemukan Typo, tolong kasih tahu aku ya!

Kalau kalian menemukan Typo, tolong kasih tahu aku ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Habis dari mana?"

Tubuh Vani seketika menegang. Dengan pelan, dia membalikkan tubuhnya. Dapat kedua matanya lihat, di kasur udah ada Jehan yang duduk dengan punggung menyandar di kepala kasur.

"Loh, kamu sudah pulang?" Tanya Vani dengan menahan gugupnya. Dia seperti terciduk selingkuh saat ini.

"Belum. Masih di kantor." Balas Jehan dengan sewot. "Kalau aku di kantor, aku gak bakalan bisa duduk santai kaya gini, Reyvani." Lanjut Jehan.

Vani tertawa pelan. "Kamu udah makan?" Vani mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

Jehan tidak menjawab. Pria itu masih diam dan menatap istrinya dengan lekat.

"Jehan?" Panggil Vani pelan. "Kamu kenapa?" Lanjutnya.

"Dari mana?"

Vani menyimpan tas kecilnya dan melangkah menuju Jehan. "Maaf, gak kabari kamu dulu. Aku lupa." maafnya.

Jehan masih setia menatap wajah istrinya. Rasa khawatirnya itu perlahan menghilang saat melihat istrinya itu baik-baik saja.

"Sayang, jangan marah ya?" Vani mencoba untuk membujuk Jehan.

"Gak," balas Jehan singkat.

Vani menghela napas kasar, lalu berdiri. "Kamu tidur duluan aja, Je. Aku mau mandi dulu," katanya.

Jehan hanya bisa menatap punggung istrinya. Sambil menunggu istrinya mandi, Jehan meraih ponsel dan memilih untuk menonton youtube.

Setelah beberapa menit berlalu, Vani keluar dengan memakai piyama pendek berwarna yang senada dengan piyama yang Jehan pakai.

Langkah kakinya menghampiri Jehan. Bibirnya berkedut hingga membuat senyuman tipis. Perempuan itu duduk di samping tubuh Jehan. Tangannya mengelus pelan rambut Jehan.

"Capek ya?" gumam Vani dengan pelan agar suaminya tidak terbangun.

"Maaf ya, belum bisa memberikan yang terbaik buat kamu." Lirihnya. Perempuan itu menundukkan kepalanya seraya mata yang ia pejamkan.

"Tidak apa. Mungkin kita belum di kasih kepercayaan." Sahut Jehan yang tiba-tiba.

Vani yang tadinya menunduk sontak mendongkak dan mendapati Jehan yang sedang menatapnya. "Je, kamu belum tidur?"

Jehan tersenyum. Diraihnya tangan Vani dan ia genggam. "Aku terbangun, ketika seseorang mengelus kepalaku."

"Maaf, aku buat kamu terbangun." Sesal Vani.

Jehan menggeleng. "Tidak apa. Bukan salah kamu."

Vani menunduk diam.

"Jangan sedih. Mungkin kita belum di kasih kepercayaan aja. Suatu saat nanti, hal yang aku inginkan akan terwujud. Kita hanya berusaha semaksimal mungkin, biar Tuhan yang mengaturnya. Jangan sedih ya?" Jehan mencoba menghibur Vani.

Hai Mr. J (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang