Kalau kalian menemukan typo, tolong kasih tau ya biar di benerin.
Vani terpaksa memilih untuk duduk di samping Jehan. sedangkan pria itu hanya acuh dan menikmati teh hangat.
Ziya langsung duduk di samping Vani. "Kak, nanti temenin aku keliling yuk. Keknya enak gitu buat ngadem di sini." Ajak Ziya dengan wajah yang bahagia.
Jehan memutarkan kedua bola matanya. "Makan dulu," tangan Jehan langsung mendorong dahi Ziya.
Ziya yang di perlakukan seperti itu hanya bisa mengerucutkan bibirnya. "Abang mah, nggak bisa lihat aku senang dikit aja." Cibir Ziya sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
Vani tersenyum tipis. Kepalanya ia gelengkan pelan. Lalu ekor matanya sedikit melirik ke arah piring Jehan yang baru terisi sedikit.
"Kenapa belum ngambil lauknya?" Tanya Vani sambil menatap Jehan.
Mereka yang sedang makan pun, sontak menatap ke arah sepasang tunangan yang baru resmi.
Vani tersenyum tipis. "Kamu mau apa, biar aku ambilkan." Usul Vani sambil meraih piring milik pria itu.
"Abang suka sama apa aja. Tapi abang lebih suka kek ayam sama sayur." Sahut Ziya sambil mengunyah.
Vani menganggukkan kepalanya. "Telen dulu, baru ngomong."
Setelah itu, Vani dengan sigap mengambilkan lauk untuk Jehan makan.
Seluruh keluarga besar yang melihat itu, sontak tersenyum senang. Mereka senang, apalagi keluarga dari Vani. Mereka bahagia sebab Vani menerima dengan ikhlas perjodohan ini.
Maya menyenggol lengan suaminya. "Yah, anak kita bisa lembut juga ya?" Bisik Maya sambil makan.
Raja mengangguk setuju. Dia baru saja melihat sikap lembut dari anak bungsunya. Yang biasanya dia lihat sikap malas dan bar-barnya, kini sikap lembutnya keluar secara alami.
"Udah, Mamah makan saja. Nanti keselek sambel loh! Itu, sambelnya lada banget." Ingat Raja sambil menunjuk ke arah sambel.
Maya mengangguk dan melanjutkan makannya.
Jehan menatap dengan lekat Vani yang sedang menyiapkan makanan untuknya. "Jangan banyak - banyak," ujar Jehan saat melihat Vani ingin menambah ayamnya lagi.
Vani berdehem. Setelah selesai, gadis itu langsung memberikan piring yang sudah lengkap dengan nasi ditambah lauknya kepada Jehan. Setelah itu, Vani mulai mengalas.
Dua keluarga besar itu menikmati makan pagi dengan tenang. Sesekali terdengar gelak tawa dari Ziya yang merengek untuk meminta ayam di piring Jehan.
Dan, sesekali juga, Vani menegur ulah Jehan yang tidak mau mengalah kepada adiknya.
Kini kedua gadis itu duduk di sebuah saung yang tidak jauh dari saung mereka makan.
Ziya menatap kagum ke sekelilingnya. Sementara Vani, gadis itu hanya memejamkan kedua matanya sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Mr. J (Completed) ✔
Fiksi Penggemar"Aku tidak percaya dengan namanya cinta pada pandangan pertama. Kalau benar adanya, berarti dia ada kemungkinan untuk jatuh cinta dengan yang lain." -Mr. J- Seorang pria yang sudah mapan bernama Jehan Wijaya. Seorang pewaris tunggal yang kini menjab...