Chapter 14

171 36 26
                                    

Kalau kalian menemukan Typo tolong kasih tahu aku ya!

"Kedua orangtuamu besok pagi bakalan kesini bareng Ziya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kedua orangtuamu besok pagi bakalan kesini bareng Ziya." ujar Vani yang memberitahu Jehan.

Jehan mengerutkan keningnya lalu berdehem saja. "Hmm,"

Vani mendelik. Jawaban apa itu?!

"Kamu nggak mau tanya kenapa aku kecelakaan?" Jehan menyimpan ponselnya dan menatap Vani.

"Nggak penting," balas Vani dengan santai.

Jleb! Sangat menyentuh kalbu!

"Jadi tunangan kok nggak ada khawatir-khawatirnya sih?!" Cetus Jehan dengan kelas.

"Memangnya kamu akuin aku, kalau aku ini tunangan sekaligus calon istri kamu?" Vani menatap malas pria yang berada di hadapannya.

"Menangnya kamu nggak akuin aku?" Bukannya menjawab, Jehan justru balik nanya.

Vani berdecak. "Ih, aku nanya malah balik nanya. Gimana sih?"

"Terus kamu maunya apa?" Jehan berusaha menahan rasa kesalnya.

"Pikir aja sendiri,"

Sudah cukup!

Jehan kesal. "Ngeselin banget sih!" Cibir Jehan.

"Terserah kamu saja!"

Vani lebih memilih untuk mengalah dan diam.

"Kok, jadi kamu yang marah sih?" Vani hanya bisa melirik saja tanpa berniat untuk menjawab.

Jehan yang diacuhkan hanya mendengkus sebal. Lalu menidurkan kembali ke brankar.

"Tidur, udah malam jangan marah." kata Vani tanpa menatap sang lawan bicara.

"Iya, bawel banget sih!" Jehan mendecak sebal.

Vani hanya memutar kedua bola matanya malas. Perempuan itu membaringkan tubuhnya di sofa yang tersedia.

Jehan menatap semua pergerakan dari Vani. Mulai masuk kedalam kamar mandi, mengepang rambutnya, hingga baringpun, Jehan memperhatikannya.

"Tidur Jehan! Bukan lihatin aku terus!"

Jehan terkesiap. Pria itu lantas menoleh kearah lain. Dia gugup saat terciduk oleh Vani.

"Si-siapa juga yang lihatin kamu. Jangan geer deh!" Elak Jehan yang berusaha menutupi kegugupannya.

Vani hanya mendecak sebal. Jelas-jelas, pria itu memperhatikan dirinya dengan pekat. Dan itu membuat Vani gugup juga.

Bagaimana tidak gugup, yang menatap yaitu salah satu CEO muda yang menjadi incaran para gadis jaman sekarang serta ibu-ibu sosialita yang ingin menjadikan Jehan menjadi menantunya.

Meskipun Vani belum mencintai Jehan. Tapi, dia punya rasa malu dan gugup kalau ditatap secara intens seperti itu.

Kalau Vani berharap dengan perjodohan ini, apakah boleh?

Hai Mr. J (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang