Chapter 22

186 30 17
                                    

Kalau kalian menemukan Typo, tolong kasih tahu aku ya!

sɪᴀᴘ ᴍᴇɴɢʜᴀᴅᴀᴘɪ ᴋᴏɴꜰʟɪᴋ ɢᴀɪs?

Sudah satu bulan, Vani menjadi istri dari CEO muda, yaitu Jehan wijaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah satu bulan, Vani menjadi istri dari CEO muda, yaitu Jehan wijaya. Selama itu pun, sikap Vani yang bar-bar kini perlahan menghilang dan di ganti menjadi lebih santai.

Seperti sekarang. Wanita itu sedang membawa majalah di taman belakang rumah keluarga Wijaya. Di rumah tersebut hanya ada Vani dan beberapa asisten rumah tangga serta satpam rumah tersebut.

Ziya, adik iparnya kini sedang berada di kampus. Mertuanya itu sedang melakukan liburan bersama teman sebayanya. Jehan, suaminya sedang berada di perusahaan. Dan Vani, wanits itu sedang bersantai di rumah.

Karena bosen, Vani menutup dan menyimpan majalah tersebut. Diliriknya ponsel di meja. "Tidak ada notif pesan atau apa gitu? Sungguh?!"

Vani mengembuskan napasnya kasar. Sungguh, kini dirinya di landa kegabutan yang mendalam. Ingin melakukan sesuatu tapi dia saja tidak tahu sesuatu apa itu.

"Gabut sekaliii....," rengek Vani.

Tangan kanannya tanpa sadar menyentuh perut ratanya. Di usapnya perlahan. "Kalau di sini ada dede bayi, mungkin, aku tidak akan kesepian."

Vani membenarkan posisi duduknya. Tangannya itu masih berada di atas perutnya. "Kamu kapan hadir di sini, nak?" tanyanya pelan.

"Sudah satu bulan kita menikah, tapi, aku belum hamil juga?"

Vani menundukkan kepalanya. Dia sedih, karena dirinya tidak hamil. Padahal teman sekampusnya, satu bulan menikah langsung mendapatkan anak. Dia iri!

"Mungkin belum rezeki aku sama Jehan kali ya?" Raut wajah kecewa terlihat jelas di wajah cantik Vani.

Karena merasa bosan, Vani beranjak dari duduknya meninggalkan taman tersebut dan masuk ke dalam rumah. Sungguh, kali ini dia sangat merindukan suasana rumah yang di Bandung. Setiap hari pasti akan ada keributan kecil yang dilakukan oleh Vani dan Adel. Wanita itu merindukan bocil tersebut.

"Adel, aku merindukanmu...,"

Saat kakinya hendak menaiki tangga, bel pintu berbunyi dengan nyaring. Hal itu membuat Vani menghentikan langkahnya dan memutar badannya. "Siapa yang bertamu?"

Saat pembantu rumah hendak melihat, Vani menyuruhnya untuk kembali ke belakang. Kakinya melangkah pelan kearah Pintu.

"Cari siapa ya?" tanya Vani ketika pintu telah terbuka.

Kedua matanya menatap seorang perempuan cantik yang berdiri di depannya. Tidak lupa perempuan tersebut tersenyum.

"Jehan ada tidak?" tanya Perempuan tersebut.

Vani mengerutkan keningnya. Siapa perempuan yang di hadapannya ini, sampai-sampai mencari suaminya?

"Maaf, kalau boleh tahu, mbak ini siapa ya?"

Hai Mr. J (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang