Chapter 24

175 29 11
                                    

Kalau kalian menemukan Typo, tolong kasih tahu aku ya!

Kalau kalian menemukan Typo, tolong kasih tahu aku ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jehan menatap kamarnya yang gelap. Pria itu mencari skalar dan menghidupkannya. Sebelum melanjutkan langkahnya, tangannya itu menutup pintu kamar perlahan.

"Sayang?"

Tidak ada jawaban. Pria itu mengerutkan keningnya. "Reyvani?"

Kening Jehan mengernyit. Kemana istrinya itu?

Pria itu berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Namun, sebelum masuk, matanya menatap kotak kecil yang membuatnya terkejut. Namun, ia menggeleng pelan.

"Apakah...?" Jehan menatap lekat kotak tersebut.

Setelah selesai, Jehan keluar dengan rambut yang basah.

"Kosong?" Jehan kini berpikir keras, kemana pergi istrinya itu?

"Mereka kemana?"

Kedua matanya menatap jam dinding yang ada di kamar. "Sekarang udah jam 19.30."

Pria itu menyimpan handuk kecil di tempatnya, lalu berjalan menuju meja untuk mengambil ponsel. Dia menghubungi Vani namun tidak ada balasan, terus mencoba menghubungi Ziya. Tidak ada balasan juga.

Jehan menghela napas kasar. Dengan perut yang lapar, pria itu keluar kamar dan turun menuju dapur.

Setelah beberapa menit pria itu makan, kini langkahnya menuju ruang tengah yang ternyata sepi, tidak ada orang. Kini, Jehan semakin khawatir. Semua orang tidak ada di rumah. Bahkan, para pembantu dan supir saja tidak ada. Hanya ada satpam saja.

"Sebenarnya mereka kemana?"

Dengan perasaan yang bingung, Jehan duduk di kursi lalu menyalakan Televisi untuk mengisi keheningan di rumah keluarganya.

Sedangkan di lain tempat, Vani dan Ziya kini sedang berjalan santai di sebuah mall. Mereka berdua baru saja selesai menonton film yang mereka suka. Di tangannya, terdapat beberapa barang yang telah dibeli.

"Kamu mau beli apalagi, Ziya?" Tanya Vani sambil melirik kearah adik iparnya.

"Kayaknya, tidak ada." Jawab Ziya, "lagian sekarang udah jam delapan malem kurang, pasti Bang Jehan udah pulang." Lanjutnya.

Mendengar perkataan adik iparnya, sontak Vani langsung melirik kearah jam tangannya.

"Ziya, Jehan pasti udah pulang. Mana di rumah gak ada siapa-siapa. Bibi pulang kampung, Mamah sama Papah lagi pergi kan?" Vani menatap Ziya dengan serius.

Ziya mengangguk pelan. "Ya sudah, ayo, kita pulang."

Vani mengangguk, lalu menarik pelan tangan Ziya. Namun, saat ingin memasuki mobil, seorang wanita tiba-tiba menghampiri dan menghalangi keduanya.

"Tunggu,"

Vani dan Ziya sontak berhenti dan menatap dengan bingung. Namun, saat melihat orang yang menghadangnya, Ziya langsung merubah ekspresinya menjadi datar. Sedangkan Vani, hanya menunjukkan senyum tipisnya.

Hai Mr. J (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang