Ancaman

134 31 0
                                    

Hay pren, i'm come back!!

Boleh minta tolong nggak? Pencetin bintang dong, tangan ku nggak sampe, makasih.

"Manusia tau, Tuhanlah yang menciptakan sedih dan bahagia. Namun bodohnya ketika sedih Tuhan disalahkan , ketika bahagia Tuhan dilupakan"

Rembulan untuk Altair

******

Katanya, perduli belum tentu suka. Perasaan belum tentu terbalaskan. Bahkan seseorang yang bersikap manis terhadapmu, belum tentu hatinya juga untukmu.

Cinta itu permainan waktu. Semua akan terjawab bila masanya datang. Entah untuk siapa hati ini berlabuh? Yang pasti tak ada cinta tanpa duka. Kita tidak dapat memilih antara disakiti atau menyakiti.

Bulan merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Seragam sekolah masih melekat, belum berniat untuk mengganti. Dia melamun, meratapi kisah cintanya yang tak kunjung  menemukan titik terang. Kadang Bulan berfikir bahwa Rey memiliki rasa untuknya. Namun sikapnya seakan menunjukan bahwa cowok itu.... Ah sudahlah. Apakah ini yang dinamakan dekat tapi tak sungguh?

"Hello gyus welcome back to my YouTube channel," pekikan nyaring itu menyadarkan Bulan dari lamunannya.

Seorang gadis menghampirinya dengan membawa kamera GoPro. Siapa lagi jika bukan Tessa. Si cewek yang hidupnya tak bisa jauh dari sosial media.

"Jadi di konten kali ini, gu— ," ucapnya terpotong.

"Masuk rumah orang salam kek, ini malah teriak-teriak. Lo pikir hutan?" sungut Bulan.

"Ye nggak usah ngegas dong, PMS lo?" Tessa memukul pelan lutut Bulan agar bergeser, lalu dia duduk disampingnya.

"Gue nggak perlu nunggu PMS buat ngegas. Kelamaan. Ngapain lo kesini?"

"Ya nugas lah.... Sambil ngonten sih,"

"Awas ya! ntar lo berantakin dapur gue," bukanya apa, Bulan khawatir kejadian Minggu lalu terulang lagi. Ketika Tessa membuat tutorial memasak, Bulan hampir saja terpeleset oleh minyak.

"Enggak elah, kali ini cuma tutor make up kok," Tessa mengobrak-abrik tasnya.

"Lah lip tint gue mana?" Tessa mengobrak-abrik tas make up nya.

"Lo kenapa nggak bikin di rumah lo sendiri sih?"

"Males, ada tante rempong. Ntar gue dikatain nggak punya masa depan." Tessa mengadu.

"Emang salah ya kalau gue jadi youtuber, selebgram atau artis?" Tessa mendadak murung.

Bulan menepuk pundak Tessa pelan. "Lo sadar nggak sih? Cita-cita yang diremehkan itu malah sering terwujud," Dia meyakinkan. "Soalnya mereka punya dorongan kuat buat mewujudkan, supaya buktiin ke orang yang pernah remehin dia,"

"Weh, kerasukan jin mana lo? Tumben bijak," Tessa pura-pura syok.

"Bodoamat, gue mau ganti baju, bay," Bulan melangkah gontai menuju kamar.

Tessa menghubungi seseorang. "Halo, lo masih di rumah gue kan? Bawain lip tint gue sekalian ya kalau kesini,"

"Lah, bukanya lo dah bawa banyak tadi?" Jawaban dari sebrang sana.

Rembulan untuk AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang