Malam Pensi

69 10 0
                                    

Hay prend aimkombekk!!
Kalau nggak kasih bintang minimal komen lah.

。◕‿◕。

"Bulan, nanti tahun baru ikut Mama ke tempat Papa ya?"

"Nggak bisa Ma, aku ada acara sama temen," dusta Bulan.

Mae mengerutkan keningnya, "Kamu nggak lagi menghindari Papa, kan?"

Bulan menghentikan kegiatan makannya. Menatap datar pada sang mama, "Nggak kok."

Setelah mengatakan itu, dengan tergesa-gesa dia memasukkan botol minum ke dalam tasnya. Lalu berdiri mengambil tangan mamanya. Dikecupnya punggung tangan itu.

"Berangkat dulu, Ma." Bulan berlari keluar, sebelum mamanya mengintrogasi lebih lanjut.

Bulan terus saja memikirkan cara agar sang Mama tidak terus-menerus mendesaknya. Bahkan dalam perjalanan menuju sekolah tadi dia hampir menabrak seorang ibu yang hendak menyebrang.

Ketika sudah sampai sekolah sekalipun, Bulan masih memikirkannya. Panggilan dari Tessa dia abaikan. Tessa menepuk pundak Bulan.

"Oy, lo dengerin gue nggak, sih?"

"Ha, apa?"

Tessa membuang napas, "Lo kenapa, sih?"

"Ah, enggak. Lo, tahun baru pada  free nggak?" Bulan malah balik bertanya.

"Kalau gue, enggak. Udah janji sama Dean," jawab Tessa setelah menyeruput es tehnya.

"Yah, gue nggak diajak."

"Kalau bukan karana abang gue. Gue juga ogah, Lan," keluh Dean.

"Kalau gue udah janjian sama Jasmine," sahut Jazz tersenyum senang.

"Emang mau dia?" tanya Tessa, sedikit meledek.

"Ya mau lah, ya nggak?" jawabnya bangga, tangannya bergerak menyenggol lengan Jasmine.

Mendengar itu Jasmine sempat tersedak es tehnya, "Ya gimana orang dipaksa mulu."

Bulan hanya bisa menghela napas. Dia bingung bagaimana cara menghindari ajakan mamanya. Alasan apa lagi yang harus dia katakan.

"BTW, nanti malem tugas kita jaga 'kan, Lan?" tanya Dean

"Iya, jangan lupa ingetin yang lain."

"Duh! Gue nggak sabar banget nanti malem nonton cewek introvert seantero bumi yang kalau ada tamu bukannya disambut malah lari sembunyi bakal nari di atas panggung," celetuk Tessa panjang-lebar dengan satu tarikan napas.

"Woy, Tessa! Kalau ngomong biasa aja napa,  jigong lo nih, kemana-mana." Dean mengusap lengannya.

"Tau tuh, Tessa! biasa aja kali," imbuh Jasmine.

"Ini tuh jauh dari kata biasa. Kapan lagi coba, lihat lo nari-nari di atas panggung." Tessa semakin

"Ha, demi apa? Emang kelas kita mau nampilin apa sih buat pensi nanti malem?"

Rembulan untuk AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang