Rapat osis

124 21 5
                                    

Hay, prend i'm come back!!

Jangan lupa bantu share cerita ini ya, biar makin rame.

。◕‿◕。

"Baik anak-anak, pelajaran kali ini ibu akhiri kalian boleh istirahat," ujar guru seni budaya yang rambutnya disanggul tinggi itu.

Kondisi kelas yang semula senyap kini berubah ramai. Sebagian mereka telah keluar, tetapi ada juga beberapa masih didalam kelas.

"Bulan, bisa bantu Ibu mengembalikan buku ini ke perpustakaan?" panggil guru itu membuat Bulan tersadar dari lamunannya. Buru-buru dia menghampirinya.

"Iya Bu, bisa," jawabnya. Bulan mengucek matanya yang bengkak akibat menangis semalam.

"Ibu perhatikan dari tadi kamu melamun, ada masalah?" Wanita itu memberikan setumpuk buku.

"Ah, enggak kok, Bu. Saya permisi dulu." Bulan segera meninggalkan kelas sebelum diintrogasi oleh guru tadi.

Bulan berjalan di koridor seorang diri. Sebelum menaiki tangga dia bertemu dengan Anis.

Bulan memanggilnya. "Anis!"

Gadis berambut sepinggang itu menoleh. Dia berlari menghampiri Bulan. "Kenapa, Lan?"

"Kumpulin semua inti OSIS, sebentar lagi kita ada rapat," titahnya. Inti OSIS yang dimaksud adalah ketua, sekertaris, bendahara dan termasuk wakilnya masing-masing. Jumlahnya ada enam orang.

"Lah, baru juga mau ke kantin." Wajah Anis berubah masam.

"Udah, buruan sana!"

Setelah Anis pergi Bulan melanjutkan langkahnya. Sesampainya di perpustakaan dia menyusun buku itu kembali ke tempatnya. Kebetulan penjaganya sedang tidak ada. Jadi Bulan hanya berpesan kepada adik kelas yang sedang membaca buku di pojok ruangan.

Sementara di ruang OSIS sudah dipenuhi anggota yang mengikuti rapat hari ini kecuali Bulan. Mereka asyik sendiri membicarakan hal random. Mereka menyusun bangku melingkar agar lebih mudah.

"Sorry guys, gue telat." Sorang gadis mengenakan jas OSIS yang selalu dia agung-agungkan menghampiri mereka.

Dia Bulan. "Ya ampun! Buku catatan gue ketinggalan" Bulan hendak membalikan badannya. Namun berhenti ketika Anis memanggilnya.

"Heh Markonah, lo mau kemana?" Anis mengangkat tinggi-tinggi sebuah note book.

"Lah iya, kan sekarang sekretarisnya lo." Bulan menepuk jidatnya. Dia mengambil duduk ditempat yang biasanya dia duduki.

"Bisa-bisanya lo lupa?"

"Kebanyakan mikir—," sahut Dean, tetapi terputus saat Bulan memukul pelan mulutnya.

"Hus, rahasia negara. Awas aja sampe lo buka kartu," ancamnya.

"Iya Nyai, ya udah ayok! Gue keburu laper." Semua sontak berdiri.

"Sebelum rapat dimulai, mari semua berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai." Bulan memimpin rapat kali ini.

Rembulan untuk AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang