Hay prend aimkombekk!
Apa yang kalian dapat setelah baca cerita ini? Keknya nggak ada deh😌
Woylah emang harus nulis 1821+ dulu ya biar banyak yang baca? Nggak deh, nggak minat.
Jujur cape banget promosi sana-sini tapi tetep sepi. Pengen nyerah si, tapi masa udah jalan sejauh ini tiba-tiba nyerah gitu aja, kan sayang.
Udah segitu dulu sesi curhatnya. Sekarang back to story.
"Nyatanya dunia tidak pernah berjalan sesuai kemauan mu, dia berjalan sesuai garis takdir yang dulu pernah kau sanggupi."
~Rembulan untuk Altair~
。◕‿◕。
Suatu fakta tentang Alta yang mungkin saja tidak pernah terlintas dibenak siapapun, termasuk Bulan. Siapa sangka lelaki berandal incaran guru BK itu ternyata seorang kutu buku jika saat di rumah. Pantas saja dia selalu mendapat peringkat satu pararel di sekolahnya, dalam kurun waktu hampir tiga tahun berturut-turut.
Benar kata pepatah, 'Jangan menilai buku dari sampulnya.'
Bahkan Bulan sempat tercengang dengan apa yang dilihatnya. Sebuah ruangan seluas kamar miliknya dengan dipenuhi barisan rak-rak buku tersusun rapi. Di sudut ruangan terdapat dua buah kursi dan satu meja belajar. Oh, jangan lupa dengan beberapa tropi dan piagam di lemari kaca dekat pintu. Namun piagam lebih dominan, menurut dugaannya hal ini dikarenakan jika ada siswa yang memenangkan lomba tropi-nya pasti diminta pihak sekolah.
Ruangan itu berada di rumah Alta. Dari pengamatan Bulan, dapat disimpulkan bahwa Alta memiliki minat baca tinggi sejak kecil. Terbukti terdapat beberapa buku lama seperti majalah Bobo di rak paling belakang. Tempat ini lebih mirip dengan perpustakaan. Super komplit dari bacaan fiksi maupun non fiksi.
"Jangan pegang apapun!" ujar Alta memperingati.
"Iya, gue cuman nonton doang kok," jawab Bulan. Jujur dia sudah mulai bosan. Bayangkan saja mereka di sini sejak pulang sekolah kisaran jam 12 dan sekarang telah masuk waktu asar. Melihat Alta membolak-balikkan lembaran kertas yang dibacanya. Karena ulang tahun sekolah bersamaan dengan classmet jadi siswa bisa pulang lebih awal. Tidak seperti biasanya sampai jam empat.
"Lo suka baca ya?" tanya Bulan basa-basi. Seperti biasa dia hanya diacuhkan. Namun tak menyerah begitu saja Bulan kembali memulai percakapan.
"Kata Kak Daniel, lo tinggal di sini sendirian, emang bener?"
"BERISIK!" bentak Alta. Dia membanting buku yang dipegangnya.
Bulan terlonjak kaget, dia menutup telinga dan memejamkan matanya. "Biasa aja kali, gue kan cuman nanya," balasnya tak kalah ngotot.
"Nggak usah tau apapun, gue bukan artis."
"Tapikan gue gabut dari tadi cuman berdiri liatin lo baca buku. Mana lo nggak bolehin gue duduk lagi."
Terlintas sebuah ide dibenak Alta, "Ambilin gue minum!"
Bulan bergegas menuruti perintah Alta. Dia turun ke dapur yang letaknya di lantai satu. Sedangkan perpustakaan pribadi milik Alta berada di lantai dua.
Beberapa saat kemudian Bulan kembali dengan segelas air di tangannya. Lalu dia menaruhnya di meja. Alta menoleh padanya, lalu berujar, "Gue mau ke kamar."
Dengan sabar, Bulan mendorong kursi roda Alta ke kamar miliknya tak jauh dari ruangan itu. Dia membuka kenop pintu, menampilkan sebuah kamar yang cukup luas. Kesan pertama yang Bulan rasakan, rapi tidak seperti pemiliknya yang urakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan untuk Altair
Teen FictionDia Altair, seperti namanya dia itu bintang. Tinggi dan sulit digapai, diam namun bersinar. Tumbuh dalam kebencian membuatnya menjadi seorang yang dingin, arogan dan suka semena-mena. Dia dapat melakukan apapun dengan semaunya. Namun semua berubah...