Imbalan?

72 10 6
                                    

Hai prend aimkombekk!!

。◕‿◕。


Bulan pikir Alta akan menceritakan kejadian tadi, nyatanya lelaki itu kembali diam tidak melanjutkan ucapannya. Kesabaran Bulan mulai menipis, dia sungguh ingin tau.

"Kok nggak dilanjutin ceritanya?" tanya Bulan yang masih sabar menunggu.

"Emang gue mau cerita?" jawab Alta dengan nada menjengkelkan.

Bulan mengumpat dalam hati. Jadi sedari tadi dia hanya menunggu harapan kosong. Dengan wajah kesal gadis itu mengarahkan kepalan tangannya ke arah Alta. Tidak sampai mengenai, mana berani Bulan melakukan itu.

Bulan beranjak dari tempat duduknya tanpa mengatakan apapun kepada Alta. Dengan dahi berkerut serta bibir sedikit manyun dia berjalan menjauh. Gadis itu memutuskan untuk pulang, lagi pula sudah sore.

"Mau kemana? Muka lo kenapa? Kusut amat," tanya Jazz berturut-turut saat Bulan melintasinya. Sedangkan lelaki itu duduk lesehan di depan rumah Alta.

"Pikir aja sendiri!" Jazz mengerti sekarang. Dia menduga pasti ada sesuatu yang membuatnya marah tadi.

"Berantem nih pasti. Berantem mulu lo berdua, ntar jadi suka tau rasa lo!"

"Nggak ada sejarahnya gue suka sama cowok speak setan kek dia. Lagian siapa yang berantem coba?"

"Ya habisnya, muka lo kayak orang habis nelen air comberan," ceplos Jazz.

"Oh, berani lo sama gue? Oke, lihat aja nanti! Gue bakal hasut si Jasmine buat jauhi lo."

Refleks Jazz bangkit dari duduknya dan berkata, "Tega bener lo jadi orang. Lo nggak lihat selama ini gue udah jungkir balik, kayang, salto buat dapetin Jasmine."

"Emang ya, jatuh cinta bikin goblok."

Jazz mengangguk setuju dengan perkataan Bulan, "Bener, tapi jadi kasihan sama lo. Lo nggak jatuh cinta aja goblok, apalagi kalau jatuh cinta."

"Sialan lo! Masih mending gue kali, nggak gila kayak lo."

"Tapi masih gamon, 'kan? Udah lah, gue kasih tau nih ya.  Cowok brengsek kayak dia nggak pantes buat lo tangisin, rugi!"

Karena malas meladeni ocehan Jazz, Bulan akhirnya melangkah pergi meninggalkan rumah itu. Lagipula siapa yang gagal move on? setelah putus dengan Rey, dia terlalu sibuk banyak kegiatan organisasi ditambah lagi dengan masalahnya dengan Alta. Bulan sudah sepenuhnya lupa jika saja Jazz tidak mengingatkan soal itu tadi.

。◕‿◕。

Hari berikutnya, Alta sudah benar-benar sembuh, dia mampu berdiri tanpa tumpuan apapun sebab usahanya kemarin. Meskipun begitu cara jalan lelaki itu masih seperti anak umur satu tahun yang baru belajar berjalan.

Pagi ini, hari kedua libur akhir semester. Alta memilih menghabiskan waktu luangnya untuk berjalan-jalan sekitar komplek perumahan untuk melatih otot kakinya. Tentunya dengan diikuti Bulan di belakang punggung lelaki itu.

Dengan mengenakan celana training, kaos polos berwarna putih dan sepatu olahraga senada. Peluh sudah membasahi wajah tampannya, dia telah berjalan cukup jauh, matahari juga sudah semakin meninggi. Bulan yang mengikuti dari belakang pun mulai kelelahan.

Cuaca cukup cerah. Langit biru serta dihiasi oleh awan putih. Orang-orang berlalu lalang dibawahnya. Sesekali Alta menatap ke sekeliling ketika melintasi taman kota. Menghirup udara segar bebas polusi di sini.
Setelah beberapa hari harus menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah, rasanya seperti baru saja keluar dari jeruji.

Rembulan untuk AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang