Sisi lain

97 27 2
                                    

Hay, prend i'm come back!!

Gimana, masih lanjut?

Bantu share cerita ini yukk, biar makin rame.

    

Jatuh bangun itu biasa,
Hidup tanpa masalah itu mustahil.
Jika kamu merasa masalahmu paling berat, cukup ingat diluar sana banyak orang yang berkata buruk tentangmu. Lantaran iri dengan kehidupan yang kamu jalani

Rembulan untuk Altair

。◕‿◕。

Di dunia ini, kita tidak dapat memilih antara menjadi siapa dan memiliki kehidupan seperti apa. Semua yang terjadi pada manusia telah digariskan bahkan sejak beribu tahun sebelum dia dilahirkan  ke dunia.

Coba ceritakan, kehidupan seperti apa yang kamu inginkan? Terlahir dari keluarga kaya raya? Punya keluarga yang harmonis? Atau berjodoh dengan orang yang selama ini kamu idolakan? Oke, kamu boleh mengimpikan apapun sesuka hatimu.

Sayangnya itu hanya angan-angan belaka. Tidak semua takdir bisa diubah oleh usaha yang telah dilakukan. Dunia tidak sebaik itu.

Jika dipikir-pikir Alta termasuk orang beruntung. Terlahir di keluarga terbilang mampu, memiliki paras rupawan dan memiliki kecerdasan diatasi rata-rata. Hanya saja sifatnya jauh dari kata baik. Andai saja Alta mau merubah perilakunya pasti sempurna.

Tunggu! Mengapa Bulan malah memikirkannya. Tujuannya ke rumah Alta bukan itu. Dia menggelengkan kepala.

Alta masuk ke dalam rumah terlebih dulu. Tanpa mengatakan apapun, bahkan tidak mempersilahkan Bulan terlebih dulu. Gadis itu memutar bola matanya malas. Bulan mengikuti dibelakang.

"Permisi,  assalamualaikum, shaloom, om swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan dan salam sejahtera bagi kita semua," salamnya. Karena tidak ada sahutan, Bulan masuk ke dalam rumah itu.

Rumah besar itu nampak sepi, Bulan kadang berfikir. Mengapa orang kaya berlomba-lomba membangun rumah megah? Padahal mereka jarang menempatinya, karena terlalu sibuk bekerja.

Ruang tamu yang didominasi cat warna putih. Di dinding- dinding ruangan terdapat banyak foto. Bulan mendekat, mengamati gambar dalam bingkai itu.

Dari sekian banyak gambar, Bulan tertarik pada sebuah foto yang memperlihatkan seorang wanita sedang menggendong bayi laki-laki. Bulan yakin dia adalah Alta dan ibunya. Tapi tunggu! Kenapa tidak ada satupun foto Alta bersama ayahnya? Atau setidaknya foto pernikahan kedua orang tuanya?

"Permisi, Non," suara itu mengejutkan Bulan. Dia membalikkan badannya.

"Ehh, iya." Bulan membungkuk badannya sedikit.

"Temennya Den Alta ya? Wah! Tumben bawa temen pulang," kata wanita berdaster itu.

"Emm, iya buk," balasnya canggung.

Wanita itu tersenyum. "Panggil Mbak aja."

"Ayo duduk dulu. Mau dibuatkan minum apa?" tanya wanita itu.

"Nggak usah repot-repot Mbak, saya cuma sebentar kok," tolaknya sopan. Dilihat dari penampilannya sepertinya dia adalah asisten rumah tangga di sini.

"Oh ya sudah kalau begitu, Saya kebelakang dulu."

Bulan duduk di sofa sambil mengetuk-ngetuk lantai marmer dengan sepatunya. Mengamati apapun yang dirasa menarik..

"Lama banget, sih," gerutu Bulan. Dia bangkit dari tempat duduknya.

Rembulan untuk AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang