Malam Tahun Baru

66 9 4
                                    

Hay prend aimkombekk!!

。◕‿◕。

Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa sudah tiba di penghujung tahun, musim silih berganti. Orang-orang datang dan pergi menyisakan kenangan. Yang pasti, perubahan pasti terjadi. Namun, satu hal yang berubah. Yaitu kondisi mamanya Alta. Tepat hari ini adalah tahun ke-tiganya terbaring koma.

Tiga tahun mamanya terbaring di rumah sakit. Dalam jangka waktu itu pula Alta merasa dunianya telah hilang. Senyumnya tak selebar dulu atau bahkan dia sudah kehilangan senyumnya. Dulu tahun baru adalah hari yang begitu spesial untuknya. Tapi tiga tahun belakangan ini semua berubah.

Alta menatap langit, malam indah dipenuhi oleh bintang. Bulan juga tak kalah bersinar. Menghiasi malam pergantian tahun. Dia tersadar dari lamunannya, ketik Bulan menanyakan satu hal kepada Alta.

"Kenapa suka lihat bintang?" tanya Bulan yang duduk disampingnya.

"Soalnya kalau lihat bintang, gue jadi nggak merasa kesepian. Dan bintang selalu ngingetin gue dengan Mama," ucap Alta dalam hati.

Sementara yang dia katakan pada Bulan adalah, "Kepo!"

Bulan berdecih, "Gue tebak, karena nama lo Altair. Altair itu nama bintang, 'kan?"

"Nggak nyambung!" balas Alta.

"Nyambung lah. Kayak alasan nama gue Bulan, karena nyokap sama bokap gue pertama kali ketemu pas bulan purnama. Jadi gue dikasih nama Bulan."

Alta tidak lagi meladeni ocehan Bulan. Dia kembali fokus pada objek di atas sana. Tidak ada yang lebih menenangkan daripada duduk lesehan di teras dengan melihat langit malam. Ada perasaan yang tak dapat dijelaskan.

"Dulu waktu kecil, gue pernah ngira kalau bulan sama bintang itu ngikutin kemanapun gue pergi. Gue jadi nggak ngerasa kesepian kalau nyokap gue nggak pulang-pulang karena lembur." Perkataan Bula mengalihkan perhatian Alta. Bagaimana bisa mereka mempunyai alasan yang sama untuk menyukai sesuatu? Atau mungkin hanya kebetulan saja.

"Ayo!" ajak Bulan yang sudah berdiri.

"Kemana?" tanya Alta.

Bulan mendengus, "Ya jalan-jalan lah, masa Tahun baru di rumah doang."

"Ck, banyak mau lo!" Meskipun begitu dia tetap menuruti kemauan Bulan. Alta mendorong motornya keluar pagar. Bulan mengikutinya dari belakang. Sebelum berangkat tak lupa dia mengunci pagar.

Setelah melajukan motornya Alta bertanya, "Kemana?"

"Emm, kemana aja deh. Terserah, gue jarang main kalau malem."

Setelah menghabiskan waktu 20 menit mereka sampai ke tujuan. Sekarang mereka berada di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Alta melangkahkan kakinya masuk, diikuti oleh Bulan.

Dalam perjalanan banyak karyawan yang memberi sapaan kepada Alta. Sementara lelaki itu hanya sedikit membungkukkan badannya sebagai jawaban. Bulan bertanya, "Kita dimana, sih?"

Seperti biasa lelaki itu diam tak menyahut. Dia justru masuk ke dalam lift, tidak mau ketinggalan Bulan pun menyusul. Hingga lift bergerak ke lantai teratas gedung tersebut.

Setelah sampai di atap gedung tersebut Bulan bertanya lagi, "Lo kenapa suka banget sih, ke rooftop?"

"Sini!" ajak Alta. Lelaki itu duduk di tepi rooftop, Bulan mendekat.

"Lo nggak ada rencana buat jorokin gue ke bawah,' kan?" tanya Bulan waspada, barang kali Alta punya dendam kesumat dengannya dan akan mencoba membunuhnya dengan cara melemparkan Bulan dari atap gedung ini.

Rembulan untuk AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang