Hay pren, i'm come back!!
I hope kalian nggak bosen sama cerita ini.
Lagi mood banget, nulis hari ini.
Aku seneng banget ceritaku mulai banyak respond.
*****
"Kamu adalah senja, tempat istirahat terbaik setelah menghadapi hari yang melelahkan"
Rembulan untuk Altair
****"
Bulan duduk di hamparan pasir. Pulang sekolah tadi Rey membawanya pantai. Setelah berganti pakaian tentunya. Dikarenakan hari Jum'at mereka pulang lebih awal.
Deburan ombak menyapu kaki Bulan. Bersamaan dengan itu Rey datang membawa segelas minuman. Lelaki itu mengenakan kaus hitam berbalut kemeja dengan celana pendek selutut. Dia melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya. Membuat Bulan terkesima.
"Kok, cuma satu?" tanya Bulan.
"Biar romantis," jawab Rey duduk di samping Bulan. Dia menyodorkan minuman itu ke bibir Bulan. Tegukan pertama Bulan terbatuk-batuk memuntahkannya. Demi apapun, Bulan tidak suka rasa macha.
"Ini macha?"
"Iya, lo nggak suka ya? Gue nggak tau," ucapnya. Tangannya terulur mengusap bibir gadis itu. Tatapan lelaki itu begitu tulus, menimbulkan desiran aneh pada dirinya.
"Nggak, rasanya aneh," komentar Bulan. Akhirnya Rey lah yang menghabiskan minuman itu sendiri.
Rey ini tipikal orang yang lembut dan penyayang. Dia juga romantis, selalu bisa membuat Bulan nyaman didekatnya. Bulan selalu berharap Rey menyukainya seperti rasanya terhadap lelaki itu. Sebenarnya dari sikap Rey telah mewakilinya. Namun bukankah perempuan lebih butuh kepastian?
Bulan mendongak, banyak layang-layang berterbangan di langit. Lembaran kertas warna-warni itu menarik perhatiannya. Ah, sudah lama dia tidak memainkan benda itu.
"Kak, adu layangan yuk, yang kalah dihukum" ajak Bulan tiba-tiba.
Alis Rey terangkat. "Emang lo bisa?" tanya cowok itu heran. Biasanya hanya anak laki-laki yang suka bermain layang-layang.
"Bisa. Gue waktu kecil sering main ginian sama sepupu," jelas Bulan.
"Oke, kalau kalah jangan nangis, ya," kata Rey.
"Nggak akan!" tegas Bulan.
Mereka membeli dua pasang layangan berbentuk seperti kupu-kupu. Punya Rey warna biru sementara Bulan warna merah.
Mereka saling beradu. Layang-layang milik Rey lebih tinggi. Bulan tak mau kalah, dia menghimpit layang-layang Rey. Pertandingan semakin sengit. Beberapa menit berikutnya benang Rey terputus.
"YES! Gue menang," sorak Bulan ketika melihat layang-layang Rey menyangkut di atas pohon kelapa.
"Kok bisa?" Rey tak percaya bisa-bisanya dia kalah bermain adu layangan dengan perempuan.
"Asal kakak tau ya, gue dulu menang 3 tahun berturut-turut lomba adu layangan pas Agustusan," ujarnya sombong.
"Yaudah, iya. Apa hukumnya?" tanya Rey lesu.
"Tunggu bentar ya," Bulan meninggalkan Rey.
Bulan kembali dengan membawa sebuah pelampung berukuran besar.
"Pelampung?" Rey bingung.
"Iya. Gue yang naik, kak Rey yang dorong," jelas Bulan.
Rey menyeret pelampung itu ke bibir pantai. Mempersilahkan Bulan duduk pada benda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan untuk Altair
Novela JuvenilDia Altair, seperti namanya dia itu bintang. Tinggi dan sulit digapai, diam namun bersinar. Tumbuh dalam kebencian membuatnya menjadi seorang yang dingin, arogan dan suka semena-mena. Dia dapat melakukan apapun dengan semaunya. Namun semua berubah...